Gubernur dan 1.000 Turonggo Menari Kuda Kepang

28/11/2017 08:50
Gubernur dan 1.000 Turonggo Menari Kuda Kepang
(MI/Tosiani)

MENDUNG menggelayut di atas Lapangan Gondang Winangun, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Sabtu (25/11) siang.

Sejumlah 1.000 penari Kuda Kepang sudah bersiap di tengah lapangan, lengkap dengan kostum, kepang, dan pecut di tangan.

Pertunjukan itu mengundang ratusan warga untuk menontonnya.

Mereka sudah berkumpul untuk mengelilingi para penari yang siap pentas.

Tidak lama kemudian, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama dengan rombongan serta Bupati Temanggung dan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) tiba di area tersebut.

Gubernur memakai pakaian tradisional warna merah muda, dipadu dengan kain jarik layaknya pemain Jaran Kepang. Kedatangan Ganjar disambut dengan meriah oleh masyarakat yang sudah berkerumun di lapangan.

Ganjar beserta bupati dan FKPD tak segan turun ke lapangan dan menari Jaran Kepang bersama dengan para penari lain.

Mereka larut dalam tarian dengan gerak dan koreografi yang sama, seirama dengan musik tradisional yang mengiringinya.

Penonton menjadi riuh saat melihat tarian Jaran Kepang yang dibawakan gubernur bersama para penari lainnya.

Hujan turun tepat seusai pertunjukan tarian Jaran Kepang tersebut.

Para penonton berlarian ke tepi lapangan menuju kedai-kedai kopi yang ada.

Pentas tarian Jaran Kepang dengan nama Sedekah Turonggo Bhumi Phala 2017 diselenggarakan Perkumpulan Seni Jaran Kepang (PSJK) Hokya Temanggung.

Lembaga yang diketuai Yudha Sudarmaji beranggotakan 700 lebih kelompok seni Jaran Kepang yang tersebar di 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung.

"Namun, yang ikut pementasan 1.000 penari Jaran Kepang hanya 92 grup Jaran Kepang dari 20 kecamatan. Kita ambil rata-rata lima grup di tiap kecamatan. Total jumlah penarinya ada 1012 orang," jelas Yudha.

Pentas Jaran Kepang berlangsung tiga hari, 25-27 November.

Namun, pementasan seribu penari Jaran Kepang hanya dilakukan pada Sabtu lalu.

Menurut Yudha, perangkat tari Jaran Kepang berbeda dengan Kuda Lumping. Jaran Kepang terbuat dari anyaman bambu atau kepang, sedangkan Kuda Lumping terbuat dari kulit kerbau.

Kegiatan ini, kata Yudha, bertujuan memberikan wawasan kepada masyarakat agar lebih mencintai kesenian khas daerah serta mendorong pemerintah untuk melakukan pembinaan pada kesenian ini agar lebih berkembang.

"Untuk para pengurus, sebaiknya ditingkatkan gerakannya, lebih ada pengembangan. Lebih banyak variasi. Jadi gerakannya tidak itu-itu saja," pesan Ganjar.

Dikatakan Ganjar, dengan dukungan dari pemerintah, ia berharap Kuda Lumping dapat menjadi satu kekuatan seni budaya, sekaligus identitas khas Temanggung. (Tosiani/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya