Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
VILA bersama dengan dua teman sebayanya asyik bermain di selasar sekolah. Mereka belum mengenakan seragam, padahal jarum jam telah mendekati pukul 07.00 WIB. Waktu itu seharusnya menjadi penanda dimulainya aktivitas sekolah. Suasana di Sekolah Dasar (SD) Negeri 16 Nanga Hovat, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, pagi itu memang terlihat lengang. Belum ada tanda-tanda bakal dimulainya pelajaran pertama. Hanya ada segelintir anak bermain tanpa seragam dan alas kaki. Sebanyak dua dari tiga kelas pun masih terkunci.
"Guru di sini ada dua, yang tiga (lainnya) sudah pindah, tapi (yang ada) jarang mengajar," aku siswa kelas III tersebut, Kamis (26/10).
Sekitar 30 menit berselang, Vila bersama dengan dua temannya bergegas pulang untuk mengenakan seragam dan menyandang perlengkapan sekolah. Mereka melakukan itu setelah melihat sosok Lidya Lahe dari kejauhan. Sang guru terlihat menyusuri jalan menuju sekolah dan diiringi beberapa siswa lainnya. Anggapan Vila dan kawan-kawan bahwa hari itu sekolah mereka diliburkan lagi lantaran tidak ada guru pun buyar. "Sekolah biasa baru dimulai pukul 07.30 sampai pukul 12.00 WIB," kata Lidya. Perempuan berusia 34 tahun itu ialah satu di antara dua guru di SD Negeri 16 Nanga Hovat. Dia hari itu harus mengajar sendirian lantaran rekannya pulang kampung.
Sebanyak 28 siswa dari kelas I hingga VI pun digabung dalam satu lokal karena keterbatasan tenaga pengajar. "Kalau dipisah (kelas), mereka pasti ribut. Jadi, kami mengajar apa adanya, yang penting mereka bisa menulis dan membaca," ungkap Lidya. Lidya yang menetap dan bersuami warga Nanga Hovat mengajar sejak 2007 dan menjadi guru terlama di sana. Ia pun kembali didapuk untuk memimpin SD Negeri 16 Nanga Hovat lantaran penggantinya yang baru sekitar setahun berdinas berpindah tugas. Dusun Nanga Hovat berada di Desa Datah Dian, Kecamatan Putussibau Utara, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Perkampungan Dayak Bukat itu menjadi lokasi permukiman terakhir di kawasan penyangga Taman Nasional Betung Kerihun dari jalur Daerah Aliran Sungai (DAS) Mendalam. "Minat anak-anak di sini untuk bersekolah sebenarnya cukup tinggi.Karena (hari sekolah) tidak pasti, akhirnya mereka jadi malas," ungkap Kepala Adat Nanga Hovat Narok. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kapuas Hulu Petrus Kusnadi memastikan krisis guru di Nanga Hovat segera teratasi. Ada empat guru kontrak yang bakal ditempatkan di dusun berpenduduk 44 keluarga tersebut.
"Minggu depan akan kami distribusikan ke sana," kata dia saat dimintai konfirmasi, Sabtu (28/10). Krisis guru menjadi satu di antara problematika pendidikan di Kapuas Hulu. Kusnadi menyebut Kapuas Hulu sampai saat ini masih kekurangan 1.500 guru untuk daerah terpencil dan perbatasan negara. Pengangkatan 480 guru kontrak oleh pemerintah setempat belum mampu menutupi kebutuhan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved