Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PROVINSI Nusa Tenggara Timur mengambil langkah-langkah percepatan untuk mengeliminasi malaria pada 2023 atau lebih cepat dari target eliminasi malaria secara nasional yang ditetapkan 2030.
Sejumlah langkah yang sudah ditempuh yakni penerbitan Peraturan Gubernur NTT Nomor 11 Tahun 2017 tentang Eliminasi Malaria di Nusa Tenggara
Timur, dan pembentukan Tim Advokasi Malaria NTT yang bertugas antara lain memfasilitasi kemitraan pemerintah, swasta, akademisi dan komponen
masyarakat lainnya untuk berperan aktif dalam mencapai eliminasi malaria melalui gerakan masyarakat hidup sehat berbasis keluarga.
"Tim ini melakukan monitoring dan evaluasi untuk memastikan kemajuan eliminasi malaria," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan NTT dokter Theresia Sarlyn Ralo, Jumat (13/10).
Tim elakukan road map eliminasi malaria di 10 kabupaten endemis tinggi, delapan kabupaten endemis sedang, dan empat kabupaten endemis sedang
selama kurun waktu 2017-2019.
Tim ini melakukan kajian situasi malaria untuk mengindentifikasi potensi dan prioritas intervensi, serta menjalin jejaring dengan berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama melakukan pemberantasan malaria.
Kerja tim ini juga mendukung kerja tenaga kesehatan di desa-desa melakukan pengobatan malaria. Mereka menggunakan pendekatan keluarga yakni menemukan orang demam, melakukan tes darah malaria, dan mengobati sampai sembuh. Selain itu dilakukan pembagian kelambu, manajemen lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
Menurutnya seluruh kabupaten di Pulau Sumba merupakan zona merah malaria yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya. Dari
empat kabupaten tersebut, baru Kabupaten Sumba Barat Daya yang sudah bersedia mengalokasikan anggaran Rp2 miliar dari APBD untuk mendanai pemberantasan malaria di daerah itu.
Saat ini NTT masih menyumbang 15% problem malaria di Tanah Air, sedangkan kasus malaria di daerah itu turun sebesar 76,1% selama kurun
waktu 2006-2016. Sampai 2017 belum ada percepatan penurunan kasus malaria yang signifikan.
Penurunan kasus malaria tertinggi terjadi di Kabupaten Sikka mencapai 91,3%, Sabu Raijua 91,1%, Flores Timur 76,6%, dan Ende 75,7%. Penurunan
kasus terendah di Lembata, Sumba Barat, Timor Tengah Selatan, Kupang, Nagekeo, Belu, Rote Ndao, Kota Kupang, Alor, dan Manggarai.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved