Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
GEMPA dengan kekuatan 4,9 SR yang mengguncang Lembata, Selasa (10/10), menyebabkan kepanikan di seluruh wilayah Lembata. Ribuan warga yang berasal dari Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur dan mendiami lereng Gunung Ile Lewotolok, mulai mengungsi. Warga juga semakin panik karena peningkatan status Gunung Ile Lewotolok.
Warga mengaku panik karena serangkaian gempa yang mengguncang Lembata sejak Sabtu (7/10), Minggu (8/10), Senin (9/10), Selasa (10/10), serangkaian gempa tektonik ini memunculkan kepanikan warga, selain menimbulkan kepanikan, gempa juga merusak puluhan rumah warga serta korban luka-luka, selain kerusakan infrastruktur jembatan.
Warga yang berasal dari Desa Lamagute, Napasabok, Waimatan,Waiara di Kecamatan Ile Ape mengungsi ke Kantor Camat Ile Ape di Desa Laranwutun. Para pengungsi di Laranwutun mencapai 700 jiwa. Sementara 400 jiwa yang berasal dari wilayah Kecamatan Ile Ape Timur mengungsi ke Kantor Camat Ile Ape Timur, di Desa Lamau, sementara 57 KK berasal dari Desa Lamawolo, mengungsi ke rumah jabatan Bupati Lembata di Lewoleba. Sementara ratusan warga lainnya tersebar ke rumah kerabatnya di Kota Lewoleba.
Bupati Lembata Eliazer Yentji Sunur menjelaskan pihaknya membuka posko pengungsian sementara di rumah jabatan Bupati Lembata, sementara urusan logistik pengungsi ditangani BPBD dan Dinas Sosial Kabupaten Lembata. Sambil berkoordinasi dengan dua titik pengungsian lain untuk dijadikan satu Posko.
Mensiana Woni, Warga Desa Lamawolo yang mengungsi ke rumah jabatan Bupati Lembata kepada Media Indonesia menjelaskan gempa yang terjadi sejak hari Sabtu, Minggu, Senin dan Selasa Pagi sangat terasa di kampungnya. Gempa dirasakan terjadi setiap lima menit. Akibatnya banyak rumah retak-retak, puluhan batu besar pun terguling dari tebing Gunung Ile Lewotolok.
"Kami panik dan ketakutan. Sebab kami juga takut dengan status Gunung Ile Lewotolok. Kami takut gempa dan gunung meletus. Apalagi gempa ini terus terasa setiap lima menit. Banyak rumah rusak, dan terjadi longsor. Makanya kami memilih mengungsi," ujar Mensiana Woni. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved