Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kebakaran Hutan, Warga Keluhkan Asap Menyesakkan

DW
25/9/2017 15:44
Kebakaran Hutan, Warga Keluhkan Asap Menyesakkan
(ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

MESKI belum terjadi kebakaran hutan dan lahan yang begitu serius, namun di Palembang, Sumatra Selatan, kabut asap sudah mulai terasa di pagi hari.
Pantauan Media Indonesia, pukul 06.00 WIB, asap cukup tebal masuk di rumah-rumah warga bahkan aroma asap itu pun terhirup warga-warga Palembang.

Awaludin Saif, warga Jalan Sukarela Palembang mengaku, pada pagi hari, asap cukup terasa di dalam rumahnya. "Kami sedang tidur, tercium aroma seperti asap kebakaran. Suami saya keliling rumah karena kuatir ada yang terbakar, tapi saat keluar pintu rumah, asap terlihat dan bukan berasal dari kebakaran di sekitar rumah," ungkap dia.

Hal senada diungkapkan Mayang, warga Jalan Sosial KM5 Palembang, yang mengaku terbangun karena bayinya menangis akibat asap yang cukup tebal. "Anak saya terbangun dan menangis. Mungkin karena asap yang masuk rumah terasa sesak," ungkap dia.

Diakuinya, asap masih terasa hingga pukul 07.30 WIB. "Masih ada sekitar pukul 7 pagi, tapi sudah menipis. Tidak setebal subuh tadi," kata Mayang.

Sementara itu, berdasar data konsentrasi PM10 di Palembang pada 25 September 2017, pada pukul 07.00 WIB konsentrasi partikulat (PM10) tertinggi yakni mencapai 122,28 mikrogram per meter kubik. Dengan besaran konsentrasi partikulat tersebut masuk dalam kategori sedang, karena masuk dalam 50-150.

Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Metrologi Bandara SMB II Palembang, Agus Santosa mengaku, adanya asap yang cukup tebal dan
dirasakan warga Palembang memang benar. "Itu karena udara kabur, tapi perlu dicatat bahwa jarak pandang belum begitu terganggu pagi tadi," ungkap dia.

Udara kabur biasa terjadi pada musim kemarau. Hal itu karena adanya curah hujan yang masih sangat minim sehingga tidak bisa melarutkan partikel-partikel debu kemarau dan asap sisa-sisa pembakaran dari lahan, hutan, pabrik, kendaraan bermotor dan sebagainya.

"Pagi tadi, kondisi atmosfernya masih stabil sehingga semua kotoran mengendap bersama embun pagi, akibatnya bau asap menyengat terasa. Asalnya dari karhutla, sisa pembakaran sampah-sampah dan kotoran yang melayang di udara," tandasnya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya