Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tiga Hari Diguyur Hujan, Sukabumi Diprediksi Masuk Pancaroba

Benny Bastiandy
25/9/2017 14:50
Tiga Hari Diguyur Hujan, Sukabumi Diprediksi Masuk Pancaroba
(MI/LILIEK DHARMAWAN)

SEJAK tiga hari berturut-turut wilayah Sukabumi, Jawa Barat, diguyur hujan. Meskipun intensitasnya relatif sedang, tetapi kondisi itu bisa memicu potensi bencana tanah longsor.

Seperti kemarin dinihari sekitar pukul 03.30 WIB, bencana tanah longsor menimbun ruas jalan desa di Kampung Jaura RT 01/01 Desa Mekarjaya Kecamatan Caringin. Akibat kejadian itu, akses jalan di wilayah itu sempat terhambat karena tertutup material tanah longsor.

"Untuk penanganan, masyarakat bergotong-royong membersihkan material tanah longsor," terang Pelaksana Pusat Pengendalian dan Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi, Yana Rusyana, hari ini.

Yana menyebut saat ini belum bisa memprediksi mulai memasukinya musim hujan. Apalagi intensitas curah hujan belum bisa dikatakan masif.

"Intensitas curah hujan rata-rata masih rendah. Dari prediksi BMKG, sampai dengan Desember masih ada wilayah yang masih turun hujan meskipun dengan intensitas rendah," jelasnya.

Mulai turunnya hujan sejak tiga hari terakhir bisa juga mengindiksikan terjadinya perubahan musim alias pancaroba. Namun, kata Yana, cuaca sulit diprediksi. "Semuanya bisa saja terjadi," terangnya.

Hanya saja Yana mengimbau agar masyarakat selalu waspada dengan kondisi cuaca saat ini. Apalagi potensi bencana tanah longsor relatif cukup tinggi karena sejak dua bulan terakhir wilayah Sukabumi dilanda musim kemarau. "Ketika tanah kering kemudian diguyur hujan, bisa saja memicu tanah longsor," tandasnya.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral dan Perindustrian Kabupaten Sukabumi, Adi Purnomo, mengatakan karakteristik kontur tanah yang kering saat musim kemarau bisa memicu kejenuhan ketika diguyur hujan deras. Kondisi itu bisa memicu pergerakan tanah karena di dalam tanah terdapat rongga-rongga.

"Kondisi tanah jadi jenuh. Ketika terjadi endapan air yang semakin menumpuk, maka volume tanah bisa ambruk. Apalagi dengan banyak berubahnya tata guna lahan. Misalnya yang sebelumnya hutan lindung jadi hutan terbuka. Itu bisa jadi memicu tanah longsor," terang dia.

Bagi Adi, berbagai potensi kebencanaan itu tak bisa dihindari. Sekarang tinggal bagaimana masyarakat menyikapinya karena harus hidup di daerah rawan bencana.

"Kalau harus pindah, kecil kemungkinannya karena butuh anggaran besar juga yang tentunya membebankan masyarakat. Bencana itu gejala alam yang sudah digariskan Allah SWT. Masyarakat juga harus terlibat mengamati gejala-gejala alam itu secara terstruktur dan kontinyu," tandasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya