Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Pengungsi Rohingya Wajib Bisa Bahasa Indonesia

06/9/2017 10:18
Pengungsi Rohingya Wajib Bisa Bahasa Indonesia
(ANTARA/ADWIT B PRAMONO)

PAGAR tinggi berwarna cokelat mengelilingi sebuah bangunan di Kompleks Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar. Walau kelihatannya sepi, siapa sangka kalau di dalamnya terdapat puluhan pengungsi asal Rohingya.

Rumah berlantai dua itu merupakan satu dari 12 rumah yang disewa UNHCR dan IOM bagi 220 pengungsi selama tujuh tahun terakhir. Mereka berada di sana untuk mencari suaka ke negara ketiga.

Selasa (5/9) petang tempat itu sepi. Hanya beberapa perempuan dan anak-anak yang bermain. Teryata, sebagian besar sedang keluar untuk mencari udara segar. Memang hanya itu rutinitas mereka.

Mereka yang keluar tersebut menggunakan kendaraan umum, ada juga yang jalan kaki, serta menggunakan sepeda. Status pengungsi itu membuat mereka tak punya identitas kewarganegaraan.

Musa, 24, bercerita selama di Sulsel belum sekalipun mendapat perlakuan buruk dari warga Makassar. Bahkan, warga menunjukkan keramahannya saat mereka berdaptasi dengan lingkungan baru. Salah satunya ialah dengan mengajari mereka belajar bahasa Indonesia.

“Karena sudah terlalu lama di sini, bahasa Indonesia itu menjadi wajib bagi kami. Selama tujuh tahun kami makan dan tidur di sini, jadi harus beradaptasi,” ungkap Musa. Pahitnya perjalanan hidup seolah pupus dengan keramahan warga.

Musa mengungkapkan sebenarnya tujuan mereka ialah Australia. Terombang-ambing di laut luas setelah ditinggalkan awak kapal karena disergap anggota TNI yang menjaga perbatasan.

“Kami tiba di Aceh, setelah itu disebar di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Kupang lantaran tidak memiliki paspor. Setelah setahun lebih ditahan di sel, para pengungsi pun diberikan sebuah kartu imigran dari PBB,” lanjut Musa.

Status pengungsi itu membuat mereka tidak boleh keluar dari penampungan setelah pukul 22.00 Wita. Mereka juga tak boleh bekerja, atau mengemudikan kendaraan bermotor. Kendati ada sedikit kebebasan, tetap saja ada aturan ketat yang membatasinya.

Selama tinggal di Makassar, 220 pengungsi asal Rohingya itu setiap bulan diberi bantuan biaya hidup oleh UNHCR dan IOM. Untuk orang dewasa Rp1,5 juta dan anal-anak Rp500 ribu. “Kami juga ingin seperti orang-orang, bisa bebas. Kami hanya ingin dianggap sebagai manusia yang berhak mendapatkan hak hidup dan menjalani hidup normal,” urai Musa. (Lina Herlina/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya