Headline
Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.
HARI Raya Idul Adha versi Keraton Yogyakarta, diperingati dengan keluarnya tujuh gunungan atau yang biasa disebut dengan Upacara Garebeg Besar. Namun, menurut kalender Keraton Yogyakarta atau yang biasa disebut Kalender Sultanagungan itu, tanggal 10 bulan Besar tahun Je, 1950 Jawa, bertepatan dengan Sabtu Kliwon (2/9) besok.
"Berdasarkan hitungan kalender Jawa ini, maka tanggal 10 bulan Besar jatuh Sabtu Kliwon. Karena itu, Upacara Garebeg Besar juga akan diselenggarakan pada Sabtu, 2 September," kata Humas Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Amiarsi Harwani, Jumat (1/9).
Dalam kalender Jawa, bulan ke-11 adalah bulan Besar, sedangkan pada kalender Hijriah bulan ke-11 adalah Dzulhijjah. Kedua kalender ini juga mendasari pada perputaran bulan atau qamariyah, tetapi berbeda hitungan.
Kalender Jawa berawal dari kalender Saka yang merupakan kalender syamsiyah dan oleh Sultan Agung diubah menjadi kalender qamariyah.
Dikatakan, Upacara Garebeg Besar ini ditandai dengan keluarnya tujuh gunungan dari Keraton Yogyakarta dengan pengawalan prajurit Keraton Yogyakarta dan sejumlah abdi dalem. Ketujuh gunungan itu antara lain Gunungan Jaler, Gunungan Estri, Gunungan Dharat, Gunungan Gepak, dan Gunungan Pawuhan.
Dari tujuh gunungan itu, ujarnya, lima gunungan akan diperebutkan di halaman Masjid Gedhe Yogyakarta, satu gunungan dibawa menuju Kepatihan Danurejan dan satu lagi dibawa ke Puro Pakualaman. Gunungan yang dibawa ke Puro Pakualaman, jelasnya, selain dikawal Prajurit Keraton Yogyakarta, juga dikawal Prajurit Plangkir, dan Prajurit Lombok Abang, serta gajah.
Sementara Prajurit Keraton Yogyakarta yang akan mengawal dalam upacara ini antara lain Prajurit Daeng, Wirobrojo, Ketanggung, Jagakarya, Patangpuluh, Nyutra, dan Bugis. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved