Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
JERITAN petani garam dari banyak wilayah di Tanah Air tidak menular ke Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. Paulus Imihalen, 50, dan kawan-kawan, tetap bisa memanen garam. "Dari 1 hektare tambak, saya bisa panen 15 ton garam. Dalam satu bulan, saya bisa mendapat Rp1,2 juta," kata petani garam Kampung Lobo Bali, Kecamatan Sabu Timur itu.
Tambak garam di kampung itu milik Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua. Paulus dan petani lain menjadi petani pekerja dengan upah sesuai upah minimum kabupaten.
Panen garam tetap bisa dilakukan di sepanjang Pantai Bali ini karena Pemkab Sabu Raijua menerapkan teknologi geomembran high density polythylene. Metode ini dilakukan dengan memasang lembaran yang dihamparkan pada lahan garam. Lembaran ini tahan air, korosi, minyak, asam, dan panas tinggi.
Alhasil, seperti diungkapkan Pelaksana Tugas Bupati Sabu Raijua Nikodemus Rihi Heke, stok garam di daerahnya, sampai kemarin, telah mencapai 809 ton. Stok itu membuat sejumlah pengusaha daerah lain datang mengangkut garam. "Sampai akhir Juli sudah 12 pengusaha datang ke Sabu untuk membeli garam. Salah satunya dari Pati, Jawa Tengah, membeli 280 ton," tuturnya. Sabu Raijua, lanjutnya, juga mengirim garam ke sejumlah daerah seperti Kupang, Surabaya, Banten, Pontianak, dan Makassar.
Dia menyebutkan 1 hektare tambak bisa menghasilkan 15 ton garam. Dipanen setiap 10 hari sekali sehingga 1 hektare lahan menghasilkan 45 ton per bulan. Produksi total per bulan mencapai 2.970 ton dari total luas tambak 66 hektare. Kelangkaan garam di daerah lain memicu naiknya harga garam dari daerah ini menjadi Rp2.200 per kilogram. "Jika pembeli terus datang, kami pasti akan naikkan harga garam. Bisa juga kami akan menjualnya dengan sistem lelang, dengan memilih pembeli dengan tawaran paling tinggi," tambah Nikodemus.
Berkah garam ini membuat Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sabu Raijua Charles Meyok berencana memperluas area tambak. "Targetnya akhir tahun capai 136 hektare." Koordinator Petani Garam Kecamatan Sabu Timur Remenius M Djo menyatakan ada 206 petani yang bekerja di tambak garam seluas 22 hektare di dua desa. Tugas petani mengalirkan air laut ke tambak dan mengumpulkan butir-butir garam untuk diangkut ke gudang.
Di gudang, garam diolah menjadi garam yodium dan garam curah yang kemudian dijual ke daerah lain. "Petani di Sabu Raijua, selain menjadi petani garam, bisa kerja di ladang dan sawah atau menyadap nira," ujar Remenius.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved