Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
DATANGNYA musim kemarau membuat ancaman kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di Kalimantan Selatan. Sepanjang 2017 ini ada 60 titik panas (hotspot), 15 di antaranya muncul di dalam kawasan hutan. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel Wahyudin mengatakan jumlah itu terbilang banyak.
"Sepanjang 2017 ini sudah ada 60 titik panas, Juli merupakan jumlah tertinggi mencapai 30," ungkapnya, Kamis (3/8).
Kalsel saat ini dalam status siaga bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kondisi karhutla ini diharapkan tidak separah 2015 mengingat hujan sesekali masih turun di Kalsel atau sering disebut kemarau basah. BPBD Kalsel bekerja sama dengan instansi terkait telah mendirikan posko penanggulangan karhutla di sejumlah daerah, terutama area sekitar Bandara Syamsuddin Noor dan lahan gambut di Kabupaten Banjar. Koordinator Posko Karhutla Dinas Kehutanan Kalsel M Hariyadi mengatakan sebagian besar titik panas berada di luar kawasan hutan.
Titik panas terbanyak berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar, dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. BPBD Kalsel sepanjang Juli sudah melakukan tujuh kali pemadaman kebakaran lahan yang terjadi di Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjarbaru, dan Kabupaten Banjar. Kapolda Kalsel Brigjen Rahmat Mulyana menegaskan telah menurunkan tim untuk membantu mengatasi dan memantau kondisi karhutla yang kemungkinan dilakukan karena faktor kesengajaan baik oleh masyarakat maupun korporasi.
Ada peningkatan
Hal serupa juga terjadi di Sulawesi Selatan (Sulsel) setelah ada informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahwa satelit Terra dan Aqua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mendeteksi peningkatan jumlah titik panas di wilayah Indonesia. Pada akhir Juli, satelit tersebut mendeteksi 173 titik panas dan kini mencapai 239 titik panas. Sebaran titik panas terbanyak terdapat di Kali-mantan Barat, NTT, dan Aceh.
Sementara itu, di Sulsel ada dua titik panas. Sayangnya, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengaku belum menerima laporan tersebut. "Nanti dicek, biasanya ada laporan. Akan tetapi, untuk hal begini, kita sudah ada protap dan ada pengategorian, apakah itu rawan satu, dua, atau tiga. Hotspot-nya bagaimana, pengamanannya bagaimana. Sulsel selalu melakukan langkah antisipasi," serunya.
Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang mengakui potensi karhutla memang ada. "Namun, daerah timur sekarang ini masih hujan. Hanya, kita harus tetap waspada," tegasnya. Di Kecamatan Pangkalan Lampam, OKI, Sumsel, 30 ha lahan gambut hangus terbakar. Kebakaran lahan itu terjadi sejak 2 Agustus petang.
"Tim dari satgas udara dan satgas darat sudah memaksimalkan upaya pemadaman pada Rabu (2/7) sore. Sayangnya, kebakaran lahan cukup luas sehingga satgas udara yang tidak bisa beroperasi malam hari terpaksa melanjutkannya pagi tadi untuk waterboombing," kata Kepala BPBD Sumsel Iriansyah.
Kondisi tempat terbakar yang sulit membuat proses pemadaman mengalami kendala. Dari 30 ha lahan yang terbakar, 14 ha bisa dipadamkan. Sebanyak 16 ha baru diatasi pada Kamis (3/8) siang. Belum diketahui penyebab terbakarnya lahan tersebut. Di Aceh Barat, dua unit heli bom air milik BNPB telah menghentikan pemadaman karhutla di area seluas 70 ha di enam kecamatan.
Kebakaran itu terjadi sejak 18 Juli lalu. Kapolres Aceh Barat AKB Teguh Priambodo Nugroho mengatakan belum ada tersangka pembakaran hutan. (LN/MR/DW/RF/LD/AD/OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved