Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

Hutan Gundul,20-an Mata Air Mengering

(PT/RS/N-2)
11/7/2017 00:01
Hutan Gundul,20-an Mata Air Mengering
(ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

MUSIM kemarau yang mulai datang di Lembata, Nusa Tenggara Timur, membuat puluhan mata air mengering. Cepatnya pengeringan ini juga terjadi akibat penggundulan hutan. "Kami terus berupaya merehabilitasi hutan dan lahan guna melindungi mata air. Saat ini, dari 212 mata air, sudah 20-an di antaranya yang mengering, sisanya mengalami penurunan volume," ujar Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan Lembata, Linus Lawe, Senin (10/7).

Untuk pemulihan lingkungan, pihaknya menyiapkan penanaman pohon bukan buah di lahan seluas 100 hektare di kawasan hutan. Pohon yang ditanam terdiri dari kaliandra, beringin, kesambi, kapok hutan, nangka, dan angono yang mampu menyerap air di dalam tanah. Di sisi lain, Yayasan Bina Sejahtera gencar meluncurkan program sosialisasi untuk masyarakat dalam menghadapi bencana. "Bersama Plan Indonesia, kami terus memberikan pemahaman kepada warga akan pentingnya langkah preventif mencegah bencana. Pertengahan Juli ini, kami juga menggelar simulasi mencegah bencana," kata Silviana Peni dari Yayasan Bina Sejahtera.

Kondisi hutan yang rusak juga menyebabkan kawanan gajah liar mengamuk di Desa Pucok, Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie, Aceh. Dua rumah warga rusak diubrak-abrik.
Di Denpasar, Kepala BMKG Taufik Gunawan memperingatkan gelombang setinggi hingga 3 meter berpotensi terjadi di perairan selatan Bali, tiga hari ke depan. "Kami sudah mengeluarkan peringatan dini agar warga yang beraktivitas di perairan lebih waspada." Ombak tinggi juga terjadi di Selat Bali dan Selat Lombok, sedangkan di utara, potensi ketinggian ombak mencapai 1 meter, dengan kecpatan angin 8-38 kilometer per jam.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya