Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Lahirkan Doktor Berkualitas, Kemenristekdikti Lanjutkan Kerja Sama dengan AS

Syarief Oebaidillah
31/5/2017 22:22
Lahirkan Doktor Berkualitas, Kemenristekdikti Lanjutkan Kerja Sama dengan AS
(Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukt. foto: Istimewa)

GUNA mennggenjot kualitas dosen dan doktor di perguruan tinggi di Tanah Air, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi melanjutkan kerja sama dengan Amerika Serikat melalui Amerika Indonesia Exchange Foundation (Aminef) memfasilitasi program beasiswa doktor untuk dosen. Program ini strategis mengingat Indonesia masih kekurangan sekitar 15.000 doktor.

Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, mengungkapkan, pihaknya telah melakukan nota kesepahaman (MoU) atau penandatangan perpanjangan kerja sama hingga 2021 dengan Aminef.

"Aminef merupakan salah satu mitra kami yang memfasilitasi beasiswa studi pascasarjana dosen ke berbagai perguruan tinggi ternama di AS. Beasiswa ini dalam skema Fulbright-Kemenristekdikti," ungkap Ghufron di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, Rabu (31/5).

Mantan Wakil Menteri Kesehatan ini menambahkan, biasanya setiap tahun hanya sekitar 20 dosen yang mendapat bantuan fulbright, tetapi mulai 2017 tersedia kuota hingga 50 orang per tahun untuk program doktor. Menurut dia, para sarjana senior atau peneliti post-doctoral mulai tahun ini dapat melakukan riset empat hingga enam bulan di universitas terakreditasi di AS.

Ghufron yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menegaskan, program itu untuk meningkatkan jumlah dosen bergelar doktor mengingat saat ini Indonesia masih kekurangan setidaknya 15.000 doktor. Ia melanjutkan beasiswa Fulbright-Ristekdikti bagi dosen disesuaikan dengan dasar baku fulbright bagi mahasiswa PhD dan para visiting research scholars.

Beasiswa ini, kata dia, diberikan untuk masa studi selama maksimum tiga tahun dan bisa diperpanjang hingga empat tahun. Nantinya, ungkap dia, setelah usai kuliah mereka wajib kembali mengabdi ke kampus untuk mengajar dan melanjutkan penelitian dan pengabdian.

"Mereka juga harus produktif menghasilkan jurnal internasional bereputasi," tegasnya.

Dalam menempuh program ini, Ditjen SDID akan menangung biaya uang kuliah, tiket, tunjangan hidup, tunjangan buku, dan asuransi kesehatan. Pihak pemerintah juga akan menangung biaya keluarga bagi mahasiswa yang sudah memiliki anak istri. Dari total bantuan itu 30% di antaranya akan digunakan untuk biaya seleksi, pengawasan dan orientasi pra dan pascakeberangkatan. Biaya seleksi dan orientasi ini ditanggung 22% Aminef dan 8% oleh Ditjen SDID Kemenristek Dikti.

Dalam kesempatan itu, Direktur Eksekutif Aminef, Alan H Feinsten, mengatakan, pihaknya berharap para dosen di Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan prestisius ini. Program Fulbright sudah berjalan sejak 2009. Selama delapan tahun ini telah ada 180 penerima beasiswa Fulbright-Ristek Dikti, terdiri atas 120 yang telah menerima gelar S3, 24 penerima S2, dua yang telah melakukan riset untuk program doktoralnya, dan 34 peneliti Indonesia yang telah melakukan riset pasca doktoral.

Ia menambahkan, program fulbright merupakan program beasiswa tertua dari Pemerintah AS dan berjalan di Indonesia sejak 1952. Program ini bertujuan mendorong hubungan yang lebih baik antara AS dan RI, serta rasa saling pengertian antara masyarakat Amerika dan negara lain melalui pertukaran pendidikan dan beasiswa akademis lainnya. Pada tahun ini, Fulbright merayakan 65 tahun keberadaanya di Indonesia.

Alan mengutarakan alumni program ini, antara lain Haji Agus Salim dan Hassan Shadily (pembuat kamus Inggris-Indonesia) dan banyak lagi yang kembali ke Indonesia mengembangkan institusi ilmiah pendidikan di Tanah Air. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya