PENGEMBANGAN Bandara Syamsuddin Noor di Kabupaten Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mangkrak. Peletakan batu pertama proyek ini sudah dilakukan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Mei 2015 silam. "Kami belum mendapat kepastian kapan pembangunan bisa dimulai karena yang tahu PT Angkara Pura pusat," papar GM Bandara Syamsuddin Noor, Handy Heryutiawan, kemarin.
Dari pantauan Media Indonesia, di lokasi groundbreaking sama sekali tidak terlihat adanya aktivitas pekerjaan. Bahkan di lokasi pengembangan masih ada beberapa warga yang bertahan menempati rumah mereka.
Molornya realisasi pembangunan bandara itu menjadi salah satu proyek yang mangkrak pada 2015 di Kalsel. Salah satu penyebabnya diduga karena belum tuntasnya pembebasan lahan serta panjangnya proses lelang proyek.
Pembangunan bandara itu sebenarnya telah direncanakan sejak 2010. Namun, pembebasan lahan dan sengketa yang mengiringinya menjadi penghambat. Bandara ini pernah meraih predikat sebagai bandara besar terburuk di Indonesia dari tingkat pelayanan dan kondisi bandara. Kondisi itu bisa terjadi karena dengan kapasitasnya yang 1,3 juta penumpang per tahun, pada 2014 lalu, misalnya, ada 3,7 juta penumpang yang dilayani.
Di sisi lain, meski tengah berlibur, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyempatkan diri mengunjungi lokasi bandara baru Yogyakarta di wilayah Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, Sabtu (2/1). Dalam kunjungan tersebut, Wapres menggelar pertemuan tertutup dengan sejumlah menteri, Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan HB X, Direktur PT Angkasa Pura I Paulina, dan Danrem 072/Pamungkas Brigjen Stefanus Tri Mulyono.
Wapres menyatakan pembangunan fisik bandara baru itu ditargetkan akan dilaksanakan pada Mei. Karena itu, pembebasan lahan dan desain bandara sudah harus selesai sebelum bulan tersebut. "Kita berharap pada 2019-2020, bandara baru sudah bisa beroperasi. Bandara ini akan memberi keuntungan bagi pemerintah dan warga sehingga investasi infrastrukturnya diarahkan untuk dilakukan oleh BUMN," ungkap Wapres. (DY/AT/AU/JH/N-3)