Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
KEMACETAN di gerbang tol Karang Tengah, Tangerang, kini makin menjadi-jadi.
Kemacetan mengular tak terelakkan di dua sisi, baik menuju Merak maupun Jakarta.
Hanya untuk membayar tol, pengendara harus rela mengantre sekitar 30 menit.
Kemacetan pun bisa mencapai 10 kilometer dan tak lagi kenal waktu.
"Siang-malam pasti macet di Karang Tengah. Selalu terjadi penumpukan karena selain volume kendaraan yang melintas di jalan tersebut cukup padat, gerbang tol Karang Tengah juga merupakan gerbang tol utama yang dilalui berbagai kendaraan dari arah Merak ke Jakarta maupun sebaliknya," kata Multa, warga Legok, Tangerang, yang berkantor di Jakarta.
Tiap pagi, dari rumahnya menuju kantor yang terletak di bilangan Tomang, Jakarta Barat, ia menghabiskan waktu 2 jam, dan 1 jam di antaranya hanya untuk mengantre bayar tol di Karang Tengah.
"Padahal jarak dari pintu masuk di Bitung dan keluar di Tomang itu hanya 26 km, dan bisa 1 jam sendiri hanya untuk keluar dari Karang Tengah. Sudah kayak neraka. Luar biasa, bukan?" sindirnya.
Multa melihat sebenarnya sudah ada upaya dari PT Jasa Marga selaku pengelola jalan tol untuk mengurangi kepadatan di gerbang tol tersebut, mulai dari pelebaran gerbang sampai memperbanyak jumlah gerbang tol otomatis (GTO).
Namun, kemacetan tetap saja tak bisa dihindari.
Senada pula dengan Avie. Bahkan, ibu satu anak itu pesimistis upaya memperba-nyak gerbang tol akan mampu mengurai kemacetan.
"Saya yakin meski gerbang tol ditambah, itu tidak akan menyelesaikan masalah. Ini karena gerbang tol Karang Tengah merupakan gerbang tol utama yang melayani berbagai jenis kendaraan ke berbagai tujuan," terangnya.
Seperti dari arah Jakarta, gerbang tol Karang Tengah harus melayani pengendara yang menuju tol Sedyatmo ke Bandara Soekarno-Hatta, Alam Sutra, Serpong, Karawaci, dan Bitung.
Begitu juga yang datang dari arah Tangerang.
Gerbang tol Karang Tengah harus melayani kendaraan yang menuju berbagai daerah di Jakarta, seperti kembangan, Meruya, dan Kebon Jeruk.
Akibatnya, kata karyawati swasta itu, setiap hari di gerbang tol itu, pada kedua sisinya, pasti terjadi kemacetan.
Bayar di pintu keluar
Tak cuma pengguna tol yang harus bersungut, warga pengguna jalan nontol yang tak jauh dari gerbang itu juga ikut bersungut.
Pasalnya, kemacetan yang terjadi kerap mengular hingga ke pintu masuk tol di Tangerang.
Padahal pintu masuk itu berjarak hingga 4 km dari gerbang tol Karang tengah.
"Buntut kemacetannya sampai di pintu masuk tol Tangerang. Tentu berpengaruh ke jalan-jalan menuju tol seperti Jalan Raya Serpong, MH Thamrin, Jenderal Soedirman, dan beberapa ruas jalan lainnya di Kota Tangerang," kata Avie.
Salah satu cara untuk me-ngurai kemacetan itu, kata Avie, gerbang tol Karang Tengah harus ditiadakan.
Sebagai gantinya, pembayarannya bisa dilakukan di tiap pintu keluar yang tersebar di sepanjang jalan tol Tangerang-Jakarta ataupun sebaliknya.
Misalnya, kendaraan yang masuk dari gerbang tol Tangerang menuju Jakarta bisa bayar langsung di pintu tol Kebon Jeruk atau pintu tol lainnya di sepanjang lintasan tol tersebut.
Begitu pula yang datang dari arah Jakarta, bisa langsung bayar di pintu tol keluar Alam Sutera, Serpong, Karawaci, atau Bitung. (J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved