Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Belajar Kelola Sampah dari Singapura

Wall Street Journal/Sweden.se/Wey/J-1
08/11/2015 00:00
Belajar Kelola Sampah dari Singapura
(ANTARA/Risky Andrianto)
SEPERTI Jakarta, Singapura pernah menghadapi kendala pengelolaan sampah. Pada 2000, ada 7.600 ton sampah di Singapura setiap hari. Tempat pembuangan sampah pun tidak cukup lagi.

Namun, Singapura berhasil menerapkan sejumlah aturan secara cepat dan efisien. Menurut Eugene Tay, direktur eksekutif lembaga nonprofit Zero Waste SG yang berpusat di Singapura, kota-kota besar di Asia bisa belajar banyak untuk urusan sampah dari Singapura. "Mereka perlu lebih fokus pada upaya 'mengurangi' (reduce) dan 'menggunakan lagi' (reuse) sampah. Membuang ialah opsi terakhir," kata Tay.

Bermula pada 2001, pemerintah memulai program peningkatan level daur ulang. Pemerintah juga membuat tempat pembuangan sampah di Pulau Semakau dengan dibarengi menggalakkan kegiatan pemilahan sampah dan daur ulang di permukiman warga. Sistem pengumpulan sampah pun digiatkan di sekolah, perkantoran, mal, pun industri. Pada akhir 2005, 56% rumah tangga Singapura telah mewujudkan program daur ulang.

Singapura pun memanfaatkan fasilitas insinerasi atau pembakaran sampah. Berkat insinerasi, jumlah sampah yang dibuang jadi lebih sedikit dan menghasilkan listrik.

Singapura memiliki empat pembangkit energi dari sampah. Dari situ, 3% energi listrik negara terpenuhi. Level daur ulang pun tetap terjaga pada 60%. Menurut Badan Nasional Lingkungan Hidup Singapura, satu lagi pembangkit energi dari sampah sedang disiapkan dan beroperasi pada 2019.

Kini hanya 2% sampah 'Negeri Singa' itu yang berakhir di tempat pembuangan, adapun 38% sebagai sumber listrik dan 60% sampah didaur ulang. Sementara di Swedia pada 1975, baru 38% sampah yang didaur ulang. Kini lebih dari 99% sampah Swedia didaur ulang dengan beragam cara.

Di Swedia, pusat-pusat daur ulang wajib ada dalam jarak maksimal 300 meter dari area permukiman. Mayoritas rumah tangga pun memilah sampah yang bisa didaur ulang, termasuk sampah makanan.

Mereka lantas menyerahkan sampah-sampah yang sudah dipilah ke kontainer yang tersedia. "Separuh sampah Swedia dibakar untuk menghasilkan energi. Menggunakan ulang material berarti lebih sedikit energi yang dibutuhkan untuk memproduksi barang ketimbang membakar material (sampah) dan memproduksi barang baru dari nol," jelas Weine Wiqvist, CEO Asosiasi Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah Swedia atau Avfall Sverige.

Swedia bahkan mengimpor sampah. Pada 2014, impor sampah mencapai 800 ribu ton.

Menurut perkiraan Avfall Sverige, Swedia bakal mengimpor 1,5 juta ton lagi tahun ini dan 2,3 juta ton pada 2020. Impornya dari Inggris dan Norwegia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya