Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SATU Sabtu di awal Januari 2016, Letkol TNI dr Mukti Arja Berlian mendapati seorang pasien datang ke bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Atang Sandjaya, Kabupaten Bogor. Pasien yang datang di tengah hujan deras itu menderita kanker kandung kemih dengan kondisi yang sudah gawat sehingga perlu penanganan secepatnya.
Sebagai dokter, nalurinya memerintahkan untuk segera menangani pasien tersebut. Akan tetapi, kondisi saat itu seluruh kamar rawat sudah terisi. Mukti mengalami dilema karena keluarga pasien di hadapannya saat itu berharap agar anggota keluarga mereka yang sakit itu bisa segera ditangani.
"Bagaimana, dokter? Saya sudah keliling dan ditolak di tiga rumah sakit karena penuh," kata keluarga pasien saat itu.
Dalam dilema itu Mukti tersadar, bangunan tambahan di bagian belakang rumah sakit tersebut baru selesai dibangun. Ia pun bergegas mengontak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dokter Camelia untuk meminta izin menggunakan bangunan yang baru saja rampung. "Alhamdulillah jawabannya diizinkan."
Tidak menunggu lama, akhirnya petugas menyiapkan kamar untuk pasien tersebut. Pasien pun bisa segera ditangani.
Momentum itu lantas diteruskan dengan pengajian dadakan, bentuk rasa syukur karena bangunan baru itu resmi beroperasi. Saat itu juga, enam pasien lain menyusul ikut dirawat. Sejak saat itu terus masuk pasien-pasien baru hingga saat ini terisi hampir 80%-90%.
Pengalaman itu disampaikan Mukti saat memberikan laporan pada peresmian nama baru Rumah Sakit Atang Sandjaya. Rumah sakit itu kini berganti nama menjadi RSAU dr M Hassan Toto.
Rumah sakit yang berada di Jl Sardjio No 1, Semplak, itu tadinya diprioritaskan untuk anggota TNI Angkatan Udara dan keluarganya. Namun, seiring berjalannya waktu, rumah sakit itu kini menjadi tempat tujuan bagi pasien umum khususnya dari kalangan menengah ke bawah.
Mukti mengatakan ke depannya rumah sakit tersebut akan diubah lagi, memprioritaskan pada pelayanan peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Harapannya, tidak ada lagi pasien dari kalangan tidak mampu yang ditolak berobat.
"Memang itu sasarannya. Fungsi utamanya mendukung masyarakat yang secara ekonomi menengah ke bawah supaya bisa terjangkau. Kita rumah sakit pemerintah, pasti mampu lah," paparnya.
Fasilitas lengkap
Menurut Mukti, meskipun rumah sakit yang dikelolanya ialah rumah sakit kelas 3 atau tipe C, secara fasilitas rumah sakit itu cukup lengkap. Bahkan, untuk peningkatan mutu dan kualitas, saat ini pihaknya tengah menuju akreditasi.
"Ada empat besar spesialis di sini, yakni bedah, anak, penyakit dalam, dan kandungan. Untuk pendukungnya juga lengkap. Ada bedah saraf, ortopedi, bedah tulang, mata, THT, radiologi, semua ada. Prinsipnya pelayanan maksimal kepada masayrakat," kata Mukti.
Nirma, seorang pasien asal Parung, mengakui kenyamanan pelayanan di rumah sakit tersebut. "Petugasnya ramah dan tempatnya nyaman, juga tenang," kata Nirma yang menjadi korban kecelakaan dan harus dijahit kakinya.
Hal senada diungkapkan Supiati. Warga Kecamatan Gunung Sindur itu bersyukur karena anaknya, Sigit, yang menjadi korban tawuran, ditangani dengan cepat. Sigit yang mengalami 16 luka bacok harus dirawat selama 10 hari di rumah sakit itu.
"Apalagi saat itu anak saya penuh luka dengan banyak darah. Petugasnya sigap dan ruang perawatannya nyaman. Sekarang anak saya sudah membaik karena cepat ditangani," tuturnya.
Ia berharap RSAU dr M Hassan Toto bisa terus mempertahankan layanannya yang cepat dan sigap sgar pasien yang membutuhkan pertolongan bisa ditangani dengan baik. "Kalau bisa, pelayanannya dipertahankan supaya banyak orang bisa tertolong," tukasnya. (J-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved