Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
RATUSAN warga RT 01,02, dan 03, RW 08 Perumahan Pesona Serpong, Kademangan, Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), tetap berharap aliran air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM), meski sudah lebih dari satu tahun permohonan berlangganan air bersih sudah diajukan ke PDAM setempat. Kawasanan itu sudah terkenal akan sulitnya mendapatkan air bersih. Saat musim kemarau, kekeringan terjadi. Di kala musim hujan, banjir pun melanda. Untuk mendapatkan air bersih, warga harus mengebor puluhan meter.
Umi, Ketua RW08, Kademangan, Setu, menceritakan warga setempat kerap mengalami kesulitan air bersih pada waktu-waktu tertentu. Perumahan Pesona Serpong sudah berdiri sejak 2012. Secara geografis, kontur tanah di sana lebih rendah daripada daerah sekitar. Sekitar 117 kepala keluarga, jelas Umi, secara kolektif sejak awal 2015 sudah mengajukan permohonan untuk menjadi pelanggan air bersih. Namun hingga kini, permintaan tersebut tak kunjung mendapat jawaban. Apakah ditolak atau ada kendala seperti apa tidak jelas.
"Warga mengurus bareng-bareng sama saya. Waktu itu, berkas permohonan sudah diserahkan ke kelurahan (Kademangan). Belum tahu (hasilnya), sampai sekarang belum ada jawaban," kata Umi, Kamis (8/9). Ia mengakui, untuk mendapat air tanah yang bersih di Perumahan Pesona Serpong cukup sulit. Setidaknya warga harus membuat sumur bor sedalam 60 meter. Tentunya hal tersebut dipastikan membutuhkan dana tidak sedikit pula. "Sudah mengebor tanah dalam belum tentu juga dapat air jernih. Rumah saya saja (kedalaman bor air tanah) 70 meter," ungkapnya.
Di samping upaya pengajuan berlangganan air bersih, kata Umi, warga sekitar sebelumnya berulang kali mengadukan keluhan krisis air bersih ke Pemerintah Kota Tangsel. Hasilnya, belum lama ini pemerintah daerah memberikan bantuan dengan mendirikan satu sumur bor yang dapat digunakan warga sekitar secara bersama-sama. "Sekarang ada sumur bor masih aman. Tapi belum tahu nanti, soalnya kan masih baru," ucapnya. Izhar, salah seorang warga di sana, menambahkan, lingkungannya sangat rawan bencana banjir, sebab berbatasan langsung dengan aliran Sungai Cisadane. Begitu pula saat musim kemarau, biasanya cepat terpapar kekeringan. "Kalau sudah kebanjiran sama kekeringan pada bingung dapat air bersih. Paling menunggu dulu bantuan mobil tangki dari pemkot datang. Belum lagi mennunggu jatah antrean. Kadang enggak semua warga kebagian karena kehabisan," keluhnya. Berdasarkan pengalaman, Izhar dan sebagian warga lainnya harus membeli air galon isi ulang untuk kebutuhan air bersih saat kondisi tersebut berlangsung.
Sudah sejak lama ia menginginkan adanya layanan berlangganan air bersih dari PDAM. "Sering mandi, nyuci, sampai masak pakai air galon. Sebenarnya kasihan anak-anak. Tapi mau gimana lagi. Mau langganan PDAM saja susah. Padahal, kita kan bayar," ujarnya ketus. Untuk itu, ia berharap adanya dukungan dan bantuan dari Pemerintah Kota Tangsel untuk persoalan itu. Menurutnya, air merupakan kebutuhan utama manusia untuk hidup. "Sampai sekarang saja saya masih bingung, mau urus (berlangganan air bersih) ke mana. Mengandalkan satu sumur bor bantuan pemerintah mana cukup. Warga di sini ratusan. Bagaimana kalau lagi musim kering dan banjir, butuh berbarengan," ungkapnya. (Deni Arianto/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved