Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Minim Fasilitas sampai tiada Akses

Sri Cahya Lestari
22/3/2016 03:20
Minim Fasilitas sampai tiada Akses
(Dok. MI)

LEBIH dari 18 hektare (ha) hutan kota yang berada di Jakarta Barat saat ini dalam kondisi memprihatinkan.

Selain tidak terawat, fasilitas di dalamnya minim.

Kalau pun ada, sebagian rusak.

Padahal, sebagai area hijau, fungsi hutan kota sangat penting untuk mengurangi dampak panas perkotaan (urban heat island) dan mengurangi karbon dioksida (CO2).

Selain itu, hutan kota berfungsi untuk mengatur tata air, menyegarkan udara, menurunkan suhu mikro, dan mengurangi kebisingan, bahkan sebagai fasilitas publik, termasuk menjadi lokasi wisata murah bagi masyarakat.

Hutan kota yang berada di Jakarta Barat (Jakbar) itu terdiri atas hutan kota Kembangan Utara seluas 1,69 ha, Rawa Buaya 1,89 ha, dan Srengseng 15 ha.

Hutan kota Kembangan Utara yang berada di RT 02 RW 10 Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, bahkan tidak punya akses sendiri.

Agar bisa mencapai areal yang memiliki 2.541 pohon itu, pengunjung harus melewati kompleks Green Garden, Jalan Panjang, Kedoya Utara.

Setelah pengunjung berhasil mencapai pintu masuk, pemandangan pertama yang disuguhkan ialah rusaknya paving block jalan menuju bagian dalam hutan.

Fasilitas di dalam area hutan pun minim, cuma ada toilet umum dan musala yang sekaligus dipakai sebagai pos keamanan.

Di antara 2.541 pohon yang tumbuh di hutan itu, terdapat pohon albasia, akasia, mangium, ekaliptus, dan kapuk.

Selain itu, ada juga tanaman produktif, seperti mangga, jambu air, nangka, rambutan, dan kedondong.

Amin, 30, warga yang tinggal di Kampung Baru, Pesing Garden, Kedoya Utara, atau dekat lokasi hutan kota, menambahkan hutan yang dibangun sejak 2009 itu setiap musim hujan seperti sekarang kerap terendam banjir.

"Suatu kali pernah hutan didatangi banyak pengunjung, tetapi hutannya saat itu tergenang banjir hingga 50 sentimeter. Akhirnya mereka yang sudah datang dari jauh kecewa," ujarnya.

Kondisi tidak jauh berbeda juga terlihat di hutan kota Srengseng yang terletak di Jalan Haji Kelik, Kelurahan Srengseng, Kecamatan Kembangan.

Hutan kota itu sebenarnya memiliki fasilitas tempat bermain untuk anak-anak, tapi kondisinya sudah rusak.

Saat dikunjungi, salah satu rantai ayunannya sudah terlepas. Fasilitas lainnya, seperti wall climbing yang terhubung dengan wahana flying fox, juga rusak.

Kedua fasilitas itu tertutup dahan dan ranting-ranting pohon.


Jalan licin

Sementara itu, kondisi hutan kota Rawa Buaya di Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cegkareng, jauh lebih bagus ketimbang hutan kota Kembangan Utara.

Hutan itu dilengkapi fasilitas trek joging, toilet, musala, pos kemaanan, bahkan danau buatan.

Di dalam hutan yang dibangun sejak 2010 itu, ada juga area yang bisa digunakan untuk pertunjukan kesenian dan perkemahan.

Tidak mengherankan hutan kota Rawa Buaya sering dikunjungi pelajar untuk kegiatan perkemahan dan study tour.

Sayangnya, kondisi jalan paving blok di dalam hutan dibiarkan dipenuhi lumut sehingga licin dan membahayakan pejalan kaki.

"Hutan kota ini agak terawat. Tapi jalannya licin membahayakan. Apalagi yang sering berkunjung pelajar, mulai tingkat SD sampai SMA," ujar Putu Ayu, 16, salah seorang pengunjung.

Hutan kota itu ditumbuhi 2.249 pohon yang terdiri atas trembesi, gaharu, mahoni, dan pohon yang sudah jarang ditemui, seperti jamblang, gandaria, kecapi, kemang, manggis, serta gowok. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya