Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Kota Depok Bisa Hemat Rp70 Miliar

MI/KISAR RAJAGUGUK
29/4/2015 00:00
Kota Depok Bisa Hemat Rp70 Miliar
()
WARGA dan Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat, terus berupaya mengatasi masalah sampah, apalagi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Cipayung dengan luas 10,6 hektare yang dimiliki kota itu pada 2016 mendatang diperkirakan tidak mampu lagi menampung sehingga harus ditutup.

Kondisi itu tidak mengherankan karena dengan jumlah penduduk sekitar 2.040.000 jiwa, volume sampah di Kota Depok saat ini mencapai 4.500 meter kubik (m3) per hari. Dari jumlah tersebut, Pemkot Depok baru mampu menangani 1.200 m3 sampah. Sisanya, masih diangkut ke TPA yang berada di Kampung Bulak, Kelurahan/Kecamatan Cipayung.

Salah satu yang tengah digalakkan masyarakat dalam mengelola sampah ialah pembangunan bank sampah. Pengelolaan seperti itu mulai dilakukan di sejumlah permukiman. Sampah yang akan ditampung di bank sampah harus terlebih dahulu dipilah berdasarkan jenisnya, sampah organik dan anorganik.

Namun, jumlah bank sampah yang tersedia kini baru 400 unit dan sebagian besar berada di Kecamatan Sukma Jaya, yaitu 97 bank sampah. Di antaranya di Perumahan Gema Pesona. Pengelolaan sampah melalui bank sampah di Kota Depok dilakukan PT Baraya Peash.

Dalam pengelolaannya, seluruh rumah di sejumlah kompleks diberi dua tempat sampah warna biru dan oranye, untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, tujuh pegawai PT Baraya Peash akan mengangkutnya seminggu dua kali, yaitu setiap Selasa dan Kamis untuk dibawa ke bank sampah. Sampah itulah yang kemudian oleh pengelola dimanfaatkan agar bisa dijual kembali.

Direktur PT Baraya Peash M Supariyono mengatakan keberadaan 400 bank sampah telah mengurangi 10% sampah yang biasanya harus ditumpuk di TPA Cipayung. Oleh karena itu, ia meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terus mendorong agar di setiap RT ada satu bank sampah. "Tujuannya antara lain menghemat penggunaan lahan TPA. Semakin banyak bank sampah, makin kecil volume sampah yang dikirim ke TPA. Dengan mengirimkannya ke bank sampah, makin memperpanjang umur TPA dari darurat sampah," katanya di Depok, beberapa waktu lalu.

Hasilkan Rp48 M
Supariyono yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Depok dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan gerakan membangun partisipasi masyarakat dalam memilah dan mengirim sampah ke bank sampah juga bisa menghemat angaran Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok untuk penanganan sampah dari Rp120 miliar menjadi Rp50 miliar per tahun.

Penghematan sebesar Rp70 miliar itu bisa dicapai bila pengelolaan melalui bank sampah telah dilakukan di seluruh wilayah. "Kalau kita tidak melakukan (pengelolaan melalui bank sampah), justru keluar biaya Rp120 miliar untuk menangani sampai yang menjadi beban pemerintah, termasuk untuk perawatan mobil sampah, pesapon (tenaga penyapu), dan lainnya. Tetapi dengan adanya bank sampah, biaya yang dikeluarkan pemerintah cukup Rp60 miliar. Selain itu, beban TPA terkurangi," paparnya.

Selain itu, ujarnya, bank sampah bisa memberikan penghasilan kepada para pengumpul atau yang mengambil sampah dari rumah ke rumah minimal sebesar Rp48 miliar. Ia mengungkapkan, dengan jumlah penduduk sebanyak 2.040.000 jiwa, diperkirakan di kota itu terdapat 400 ribu rumah tangga. Berdasarkan pengalaman, setiap rumah tangga menghasilkan sampah yang masih bisa dijual antara Rp10 ribu dan Rp20 ribu per bulan. Dengan demikian, bila seluruh keluarga dapat memilah jenis sampah untuk dikelola bank sampah, limbah itu bisa menghasilkan uang sekitar Rp48 miliar hingga Rp96 miliar per tahun.

Oleh karena itu, Supriyono mengimbau warga Kota Depok agar memilah sampah dan mengirimnya ke bank sampah. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik