Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Makanan Betawi di Belantara Jakarta

(Wan/Sri/J-3)
26/2/2016 04:48
Makanan Betawi di Belantara Jakarta
(ANTARA FOTO/Lucky R.)

AKAR kelapa, biji ketapang, kembang goyang, ranggi, asinan, dan dodol merupakan beberapa makanan khas warga Betawi yang sulit dijumpai di Jakarta. Padahal, masyarakat Betawi ialah warga asli Jakarta. Makanan tersebut baru bisa dijumpai umumnya saat Idul Fitri atau Lebaran. Itu pun di wilayah Jakarta pinggiran, maksudnya wilayah Jakarta yang berbatasan dengan Bekasi, Depok, dan Bogor.
Seperti akar kelapa, kue tradisional khas masyarakat Betawi yang ada di Bekasi. Sebagian orang Bekasi menyebutnya kue procot.
Itu disebut kue procot karena saat digoreng adonannya diprocotkan atau dikeluarkan secara perlahan menggunakan tabung yang sudah dilubangi bagian ujungnya.

Bentuknya yang mirip akar (pohon) kelapa menyebabkan kue itu disebut kue akar kelapa. Setali tiga uang dengan dodol betawi.
Sebenarnya, dodol itu tidak kalah pamornya dengan dodol garut. Dodol betawi biasanya disajikan hanya saat Lebaran. Tidak mudah memang menjumpai dodol betawi. Pembuat dodol tersebut di Jakarta pun terbatas. Ada kampung dodol yang terletak di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.Wilayah tersebut merupakan sentra produksi dodol betawi di Jakarta. Namun, jumlah pembuat dodolnya pun makin hari semakin berkurang. "Dulu hampir setiap rumah di sini membuat dodol betawi. Sekarang yang membuatnya bisa dihitung jari," ujar Peji, 48, salah satu warga Kalibata, Jakarta Selatan. Menurut Peji, kampung dodol di Kalibata hanya ramai saat bulan puasa. Masakan itu biasanya dipesan untuk hidangan saat lebaran.

Di luar masa-masa itu, permintaan dodol di sana sedikit. Hal itu yang menyebabkan pembuat dodol betawi ikut susut. Tempat kuliner yang ada di Jakarta, meski menyajikan makanan khas Betawi, memberi harga relatif mahal. Yang dicari biasanya makanan Betawi dengan rasa bintang lima, tapi harga kaki lima seperti nasi uduk, nasi ulam, dan soto betawi.

Melepas kangen
Bagi masyarakat yang ingin merasakan penganan khas Betawi, cara paling mudah ialah melancong ke Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Tepat di depan pintu masuk si Pitung terdapat satu kios jajanan dan kue khas Betawi seperti kue kembang goyang, akar kelapa, rengginang, dodol, dan bir pletok. Di dalam kios seluas 6 x 3 meter itu pemiliknya memajang berbagai jenis kue tersebut. Tersedia juga beberapa kue yang dijadikan tester untuk para pembeli. Pemilik kios, Anna, 40, mengaku usaha kue tradisional khas Betawi yang digelutinya itu merupakan upaya pelestarian budaya. Ia sekaligus memberdayakan usaha rumahan ibu-ibu yang ada di sekitar kawasan Setu Babakan. Ibu-ibu di sana mengaku kesulitan memasarkan kue tradisional Betawi itu.

"Ini memang langsung dibuat dari ibu-ibu di sini yang masih melestarikan kuliner Betawi. Sekarang kalau bukan di sini atau bikin sendiri, sudah sulit menemukan kue kembang goyang dan akar kelapa ini," ujarnya. Satu plastik kemasan kue kembang goyang dan akar kelapa dijual dengan harga Rp12 ribu-Rp15 ribu. Sementara itu, bir pletok dijual Rp10 ribu ukuran gelas sedang dan Rp18 ribu ukuran gelas besar. Roti buaya ukuran kecil rasa cokelat dan keju dijual dengan harga Rp5.000 per bungkus. Biasanya, Anna menerima pesanan untuk membuat roti buaya untuk hantaran pernikahan. Soal ukuran roti buaya, ia bisa menyesuaikan menurut pesanan. Ukuran jelas memengaruhi harga jualnya.

"Misalnya, untuk ukuran 60 cm saya jual Rp450 ribu, ukuran 90 cm harganya Rp650 ribu. Harga itu udah satu pasang, plus ditambah dua anak buaya di atasnya," terangnya. Usaha makanan Betawi itu, ungkap Anna, dilakukannya berawal dari keprihatinannya terhadap nasib kuliner khas Betawi. Semakin hari keberadaan makanan Betawi semakin tergusur oleh makanan daerah lain. Alhasil, warga Betawi pun sulit menemuinya. Selain itu, Anna melihat adanya potensi usaha di kawasan perkampungan Setu Babakan untuk kuliner khas Betawi termasuk kue kering.

Ia sengaja memilih bisnis kue kering khas Betawi lantaran dapat bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan kuliner Betawi lainnya.
Selain itu, kue khas Betawi itu merupakan kue yang sulit dicari untuk acara arisan, hajatan, dan Hari Raya Lebaran. Selain penganan, di kawasan itu bisa ditemui penjaja kerak telor, laksa, dan taoge goreng. Harga cukup terjangkau karena pedagang menyadari jika mahal, dagangan bakal ditinggal pembeli. Satu lagi penganan Betawi yang mulai jarang bisa ditemui di Setu Babakan.

Namanya kue lupis atau lopis. Itu dibuat dari beras ketan, santan kelapa, kelapa parut dan air gula merah. Di kalangan masyarakat Betawi, biasanya kue itu dimakan pagi hari untuk sarapan, atau sore hari sebagai camilan. Di kawasan Srengseng Sawah terdapat satu pedagang kue lopis yang masih eksis di tengah gempuran kue-kue modern. Dani satu-satunya pedagang yang telah berjualan lopis lebih dari tiga tahun. Keuntungan Rp300 ribu per hari didapatnya dari para pembeli yang ada di sekitar Srengseng Sawah. Kue lupis dengan ukuran diameter sekitar 5 cm dan tebal 2 cm tersebut dijual seharga Rp5.000/3 buah. "Alhamdulillah masih banyak yang membeli, masih banyak yang suka. Ini memang udah jarang kue lupis seperti ini," terangnya. (Wan/Sri/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya