Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
BALAI Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBMTC) menyiapkan tiga metode yang bisa digunakan untuk menerapkan hujan buatan di Jakarta guna mengatasi pencemaran udara.
Kepala BBTMC Tri Handoko Seto mengatakan, pertama, penyemaian awan dengan garam NaCL. Metode ini bisa dilakukan saat ada awan potensial agar hujan terjadi di wilayah Jakarta.
"Hasilnya polutan yang ada di atmosfer Jakarta bisa tersapu dan jatuh bersama dengan air hujan," kata Tri dalam keterangan resmi, Kamis (4/7).
Metode kedua, jika tidak ada awan potensial, kata Seto, dilakukan penghilangan lapisan inversi yaitu dengan melakukan semai pada lapisan-lapisan inversi dengan menggunakan 'dry ice' dengan tujuan lapisan tersebut menjadi tidak stabil.
“Lapisan inversi ini menjadi salah satu penghalang bagi polutan untuk terbang secara vertical, sehingga polutan terakumulasi di permukaan hingga dibawah lapisan inversi,” ujar Seto.
Sedangkan ketiga, dengan metode 'water spraying' dari darat menggunakan alat 'Ground Mist Generator' yang akan ditempatkan di 10 lokasi di daerah 'upwind' (daerah dengan angin yang berlawanan arah).
Baca juga: Jakarta Atasi Pencemaran dengan Hujan Buatan
“Di saat sulit ditemukan awan. kita akan lakukan penyemprotan air dengan pesawat dari darat ke atmosfer. Air yang disemprotkan bertujuan mengikat polutan yang ada,” ungkapnya
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta telah setuju menggunakan metode hujan buatan sebagai langkah jangka pendek guna mengatasi pencemaran udara di langit Jakarta.
Jakarta pun menjadi provinsi pertama yang menerapkan hujan buatan di Indonesia.
Langkah serupa juga sudah dilakukan beberapa negara-negara di dunia guna membatasi pencemaran udara khususnya di kota-kota besar dengan penduduk yang padat.
”Pada 2015, Thailand telah berhasil melakukan uji coba untuk mengendalikan pencemaran udara di Kota Bangkok dengan menggunakan metode 'cloud seeding' dan menghilangkan lapisan inversi,” paparnya.
India, lanjut Tri, berupaya mengatasi polusi yang cukup parah di Kota New Delhi dengan menerapkan hujan buatan dengan metode menyebarkan bahan kimia dari pesawat.
Sementara Tiongkok jauh lebih maju dibanding Korea Selatan dalam teknologi modifikasi cuaca dengan menciptakan hujan di atas perairan antar negara yang akan membantu mengurangi polusi udara.
“Negara-negara tersebut berjuang mengatasi polusi udara dengan cara mengendalikan cuaca itu sendiri,” ujarnya. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved