Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Kios Skybridge tidak Tepat Sasaran

Ferdian Ananda Majni
19/10/2018 04:30
  Kios Skybridge tidak Tepat Sasaran
( MI/ BARY FATHAHILAH)

SEJAK salat bubar pada Jumat(12/10), Tini telah berada di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Perempuan yang sehari-hari berjualan pakaian anak-anak di Jalan Jati Baru itu bermaksud mendaftar untuk mendapatkan kios di jembatan multiguna atau skybridge Tanah Abang. Kelengkapan pendaftaran, seperti foto kopi kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) dibawa serta pula.

Namun, alangkah kecewa­nya perempuan berkerudung itu lantaran hingga habis pemanggilan pedagang yang menerima kios namanya tidak jua dipanggil.

“Saya tidak tahu, orang itu dapat dari mana. Padahal, saya sudah menunggu habis salat Jumat di Kecamatan membawa KK, KTP, dan materai. Eh, nungguin tetapi nama yang dipanggil udah ada,” kata perempuan yang telah berdagang di Tanah Abang sejak 1997 itu kepada Media Indonesia, Kamis (18/10).

Bukan hanya Tini, ratusan pedagang yang selama ini berjualan di kaki lima Jalan Jati Baru tidak mendapatkan kios di skybridge. Menurut Tini, sedikitnya 300 pedagang tidak mendapatkan pemberitahuan pendaftaran, padahal mereka pedagang selama ini menggelar dagangannya di Tanah Abang.

“Kapan pendaftarannya itu? Sementara kami pedagang enggak tau. Kalau memang iya untuk pedagang, kami tidak masalah mau dapat di mana, tetapi kami tidak tahu sama sekali,” lanjutnya.

Tini yang telah memiliki KTP Jakarta itu, menjelaskan dia tidak pernah mendapatkan sosialisasi atau pemberitahuan terkait dengan pendaftaran untuk mendapatkan jatah kios di skybridge. Dia datang ke Kecamatan Tanah Abang karena kebetulan saja mendengar ada pendaftaran di kecamatan.

Ia juga mempertanyakan pembangunan skybridge tersebut. Kata Tini, dalam realisasi­nya, kios di skybridge bukan untuk pedagang kaki lima yang berdagang di Tanah Abang.

Ia menambahkan, pedagang baru yang akan ditempatkan di skybridge Tanah Abang berasal dari Cipulir, Pasar Induk, Cirebon, Tangerang, dan Tasikmalaya, serta Jati Baru.

Pedagang lainnya, Latif, juga mengaku tidak mengenal satu orang pun yang mendapatkan kios skybridge. Pasalnya, mereka tidak pernah tahu adanya proses pendaftaran untuk mendapatkan jatah kios tersebut.

“Kalau mereka pedagang di sini pasti kenal. Kalau yang ujung sana tidak kenal nama ya kenal wajahnya. Ini gimana prosesnya,” kata Latif yang sejak 2000 berdagang di Jakarta.

Ia mengklaim pihak UMKM yang mengambil data tersebut tidak turun langsung ke pedagang. Sebaliknya, mereka mengambil data dari pedagang yang telah memiliki tenda sebelumnya.

Skybridge dibangun sejak 3 Agustus lalu. Targetnya, akhir Oktober untuk pembangunannya sampai tuntas. Skybridge dibangun sepanjang 386,4 meter dengan lebar 12,6 meter. Biaya pembangunan jembatan diperkirakan menelan anggaran Rp35 miliar.

Jembatan dibangun untuk memberi tempat kepada para PKL yang selama ini memenuhi badan Jalan Jati Baru Raya. Setelah PKL dipindahkan, jalan raya itu diharapkan bisa dilewati kendaraan lagi. PD Pembangunan Sarana Jaya membangun 446 kios di atas jembatan. Sampai kemarin, kios yang kelar baru untuk 100 PKL. Setiap PKL yang dapat tempat di jembatan itu harus membayar biaya keamanan, listrik, dan kebersihan sebesar Rp500 ribu. Lapak yang disediakan berukuran 1,5 x 2 meter, dengan sekat sederhana.

Para PKL yang tidak kebagian kios di skybridge menyatakan tak gentar dan memilih bertahan untuk berdagang di Jalan Jati Baru Raya. “Kita lihat dulu 1-2 hari, kalau enggak ada perubahan, dan ada yang mepet kita mepet. Kita tidak akan pindah, tetap bertahan,” kata Tini. (Fer/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya