Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Kak Seto : Tawuran Terjadi Karena Potensi Anak Tidak Tersalurkan

Tosiani
09/8/2018 15:29
Kak Seto : Tawuran Terjadi Karena Potensi Anak Tidak Tersalurkan
(ANTARA)

KETUA Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi berpendapat tawuran merupakan reaksi dari sebuah aksi anak-anak yang tertekan. Anak-anak yang seharusnya penuh gelora di bidang iptek, seni, olahraga, dan lainnya kurang terwadahi, terarahkan, bahkan tersalurkan.

"Dulu ada gelanggang remaja, kemana sekarang? Jangan sampai ada aksi melahirkan anak-anak yang melakukan kekerasan, menghina pemimpin, tidak menghargai orang tua," ujar Kak Seto saat berbicara pada Focus Group Discussion (FGD) Divisi Humas Polri dengan tema penanggulangan tawuran dan perkelahian pelajar dan anak-anak di bawah umur, di Wisma Bhayangkari, Kamis (9/8).

Seto mengutip data di Jawa Barat (Jabar), ditemukan ada 60-70% siswa SD di Jabar mengalami bullying. Ia menganggap bully menjadi awal dari tawuran. Juga ada tradisi Jumat berdarah, dimana harus ada darah yang mengalir pada Jumat tersebut. Tradisi itu diwariskan dari para senior di sekolah.

"Ada satu cara mendidik yang keliru dari senior tapi didukung siswa, ada insting membunuh dan menghancurkan," imbuhnya.

Menurut Seto, kekerasan merupakan produk dari lingkungan. Semua anak pada dasarnya baik. Berubah nakal, karena faktor lingkungan. Pada dasarnya semua anak baik, positif dan cerdas, tetapi kadang menerima kekerasan verbal yang ditimbulkan pada mereka. Pun ada sistem pendidikan yang tidak menghargai.

Karena itu, mendidik dengan cinta sering dilupakan. Sementara, mendidik dengan kekerasan sering dilakukan.

"Anak diperlakukan seperti robot, makin nurut makin bangga. Kadang-kadang anak frustasi. Kurikulum pendidikan yang terlalu padat merupakan kekerasan pada anak di sekolah," tuturnya.

Aspek lainnya, lanjut Seto, kurangnya fungsi keluarga dan sekolah. Orang tua terlalu sibuk, tidak ada waktu buat anak. Sehingga mereka terjerumus narkoba, seks bebas, tawuran, dan pornografi.

"Harus ada apresiasi keluarga pada anak. Jangan ada pelampiasan emosi negatif pada anak. Mengubah cara mendidik, stop kekerasan. Jadilah orangtua yang jadi idola anaknya."(OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya