Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Ular-Ular Kecil Ikut Berdatangan

Yanurisa Ananta
23/2/2018 08:54
Ular-Ular Kecil Ikut Berdatangan
(Warga melintasi banjir rob yang merendam Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Selasa (5/12/2017)---MI/Ramdani)

JANGAN main ke jalan. Becek, airnya kotor,” kata Waidah, 50, mengingatkan dua cucu perempuannya. Kedua dua bocah kecil patuh lalu menaiki meja di depan rumah, kemudian bernyanyi riang.

Jalan 4 meter depan rumah Waidah dipenuhi air setinggi sekitar 10 cm-15 cm meski tidak hujan dan air laut tidak pasang. Warga yang melintas rata-rata mengenakan bot agar kaki tidak gatal.

Air yang menggenangi permukiman warga di Muara Baru Ujung berasal dari laut pesisir Jakarta Utara. Dari tahun ke tahun air laut semakin maju ke arah daratan. Kondisi air yang menggenangi depan rumah Waidah salah satu bukti bahwa air laut semakin maju menyerang daratan.

Waidah berkisah, selama belasan tahun menghuni rumahnya, halaman kering, motor dan mobil berlalu lalang tanpa hambatan. “Sekarang ini, air suka datang meski tidak hujan. Kalau banjir begini, susah minta ampun, masak pun tidak bisa,” cetus Waidah ketina ditemui di rumahnya di RT 015/RW 017, Rabu (14/2).

Area tempat tinggal Waidah bersama delapan orang lainnya berada di kompleks lahan milik PT Pelabuhan Indonesia II Cabang Sunda Kelapa. Rumah warga menghadap gudang PT Pelabuhan Indonesia yang tidak dipakai.

Gudang-gudang ditinggalkan lantaran air laut sudah masuk ke dalam.

Di bagian luar gudang yang mengarah ke tanggul, air menggenangi halaman tanpa pernah surut. Selain sampah dan lumpur, lumut-lumut mulai menggunduk menjadi tempat ikan-ikan kecil bersembunyi. Kumpulan kepiting ukuran sedang berjalan keluar masuk tanggul.

Pada 2016, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun Tanggul Muara Baru dengan menutup akses jalan warga. Namun, air tetap saja menggenangi. Menurut Waidah, pada pagi dan malam hari, air akan memenuhi bagian luar setidaknya sampai pintu masuk. Ular-ular kecil biasanya ikut berdatangan. Namun, perempuan asli Tegal itu mengaku sudah terbiasa dengan situasi tersebut.

Keramaian terlihat menjelang sore hari saat warga akan berkumpul di pinggir pantai menikmati matahari terbenam. Namun, sejak tanggul setinggi 10 meter-15 meter dibuat, warga tidak bisa lagi leluasa menikmati pantai. Sedihnya, meski tanggul dibangun, air tetap saja menggenangi sebagian rumah warga.

Tanggul besar yang dikenal dengan nama tanggul raksasa itu kini menjadi tempat nongkrong para pemancing. Warga membuat tangga dari kayu agar bisa naik ke atas tanggul. Selain memancing, banyak pula warga yang mencari kerang hijau.

Jarak antara tanggul dengan rumah warga sejauh sekitar 200 meter. Menurut Sari, 40, bila berjalan ke arah dalam kompleks dekat pabrik Carvil, ketinggian air mencapai sepinggang atau sekitar 1 meter. Tidak ada lagi warga yang beraktivitas di sana. “Kami belum ada yang komplain. Dibetah-betahin saja daripada kita mengontrak,” tutur perempuan yang berasal dari Purwokerto tersebut. (J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya