Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Mengukir Kenangan Penghabisan di Rindu Alam

Dede Susianti/J-4
21/10/2017 08:01
Mengukir Kenangan Penghabisan di Rindu Alam
(MI/Dede Susianti)

GERIMIS yang turun sejak siang di kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, kemarin, membawa ingatan Susanti kembali ke enam tahun lalu. Pertama kalinya ia dan dua sahabatnya, Lia Novita dan Dwi Rahmawati, datang ke Restoran Rindu Alam. Entah pemandangan hamparan kebun teh, atau nikmatnya satai dan sop ikan atau juga keduanya, yang membuat mereka jatuh hati pada restoran berusia 37 tahun itu.

“Waktu itu, kami berlama-lama di sana. Suasananya nyaman karena pemandangannya. Selain makan, kami saling bercerita. Suasananya haru tapi kami saling menguatkan,” kenang Susanti.

Ingatan berkesan itu berkelebat ketika beberapa hari lalu ia mendengar kabar, Rindu Alam sudah di ujung hayat. Restoran legendaris itu akan dibongkar. Tiga sekawan itu pun sepakat berkumpul. Mereka kembali ke restoran yang terletak di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya.

“Kaget juga dengarnya, ternyata mereka menyewa dan habis masa kontrak. Kalau benar jadi dibongkar, sedih juga. Kita punya kenangan di sana,” ujarnya.

Bukan cuma mereka bertiga yang Jumat siang itu beromantisme dengan kenangan manis di Rindu Alam. Lina Marlina memilih makan siang di sana itu untuk mengenang hari bersejarah dalam hidupnya.

“Beres wisuda dari Depok aku bersama keluarga besar ke Puncak. Kami memilih makan di Rindu Alam,” katanya.

Potongan-potongan kenangan tentang Rindu Alam tidak hanya memenuhi benak para pengunjung. Bagi Siswandi, 57, pegawai di sana sejak 1983, rencana tutupnya Rindu Alam membuatnya pilu. Sejak masih bujang hingga beranak tiga, Rindu Alam ialah hidupnya.

Ia mengisahkan masa-masa keemasan Rindu Alam yang dikenal dengan ayam goreng dan masakan Padangnya itu. Mulai dari presiden, pejabat, dan sederet artis menjadi pengunjung bahkan pelanggan restoran ini.

“Di awal, ini restoran Sunda dan ada Padangnya. Tapi kini campur-campur. Nusantara dan Western-nya juga ada,” tuturnya.

Bangunan asli restoran yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dengan Cipanas, Kabupaten Cianjur itu tetap dipertahankan. “Yang berubah hanya atap saja, bagian depan dipasang fiber. Paling yang kita ganti, kursi, meja, dan keramik,” ungkapnya.

Rindu Alam ialah restoran dengan modal patungan dua keluarga. Kini sudah generasi ke-3 dari dua keluarga tersebut yang mengelolanya.

Bulan depan, Rindu Alam akan dibongkar petugas Satpol PP Pemkab Bogor. Selain karena proyek pelebaran jalan, Rindu Alam habis masa kontraknya. Ternyata bangunan itu ialah aset Pemprov Jawa Barat yang disewakan. “Pak Gubernur sudah mempersilahkan kami mengelola aset itu untuk penataan jalan dan kebutuhan publik. November masa kontrak habis, dan akan dibongkar dengan puluhan bangunan lainnya,” kata Kepala Bidang Penegakan dan Perundangan Satpol PP Kabupaten Bogor, Agus Ridho. (Dede Susianti/J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya