Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Merantau itu kan cuma Pindah Kampung

Gana Buana
01/7/2017 14:05
Merantau itu kan cuma Pindah Kampung
(Sumber: Pemprov DKI/BPS/Tim MI/Foto: MI/Ramdani)

MERANTAU tanpa keterampilan akan terdampar ke pinggiran. Begitulah perasaan Nanjiman, 40, salah satu warga pendatang yang tinggal di rumah petak berukuran 20 meter persegi.

Sudah lebih lima tahun ia bersama istri dan dua anaknya kos di kawasan Jalan Mandor Ale, Kelurahan Sepanjang Jayam, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi. Hidupnya seperti kisah film mundur kena, maju kena. Mau pulang kampung, rumah sudah terjual. Mau bertahan, enggak maju-maju. "Sekarang saya mencoba bertahan. Bisa bertahan saja sudah syukurlah," kata Nanjiman ketika disambangi ke rumah kontrakannya, Kamis (29/6).

Beberapa tahun silam, Nanjiman tertarik mengadu peruntungan ke Kota Bekasi. Pemicunya saat teman-teman seumurannya yang merantau mudik Lebaran ke Wonogiri.

Teman kompaknya yang dulunya pengangguran sukses setelah ikut saudara berdagang di Kota Bekasi. Waktu Lebaran 2010, sang teman mudik ke desa dengan membawa kendaraan roda empat berikut banyak oleh-oleh. Nanjiman juga kebagian.

Sang teman mengaku berhasil mengelola kios jamu. Air liur Nanjiman ikut jatuh mendengar kisah teman kecilnya itu. Nanjiman yang saat itu baru berumah tangga pun tergiur lalu mengajak istrinya merantau.

Mereka berangkat dari desa dengan kepercayaan diri tinggi karena disertai modal hasil penjualan dua petak sawah. Teman yang merantau tanpa modal saja berhasil, apalagi dirinya yang punya puluhan juta rupiah.

Ternyata memulai hidup baru di perantauan tidak semudah makan gorengan. Ia mencari kios untuk jual jamu, tetapi tak cocok harga. Di lokasi jalan raya kemahalan, di pinggir kampung kurang pembeli.

Nanjiman pun terdampar. Uang penjualan sawah habis untuk modal awal dan kebutuhan hidup. Akhirnya tinggal di rumah sewa yang kumuh.

Sekarang ini, Nanjiman menekuni jadi penjual mainan keliling. Istrinya yang punya kemampuan meracik beras kencur, kunyit asem, dan lainnya berkeliling menjual jamu gendong. "Kami berdua sama-sama cari uang," kata dia.

Anak-anaknya ditinggal di rumah. Usia mereka lima dan tiga tahun. Mengingat anak sulung sudah seharusnya sekolah, ia pun mengurus kartu identitas sesuai wilayah domisili.

Kini pemikiran Nanjiman tentang merantau sudah berubah. Ia tidak lagi memiliki harapan akan meraih masa depan yang cerah. Di benaknya kini, Kota Patriot hanyalah sebuah tempat persinggahan. "Ya, kalau ada kesempatan pulang kampung, kami akan kembali. Masih ada rumah orangtua di sana, di sini kan ngontrak," lirihnya.

Ayah dua anak itu masih kuat bertahan karena penghuni rumah sewa di kawasan Jalan Mandor Ale ternyata banyak yang berasal dari desanya, beberapa bahkan masih saudara dekat. "Biar hidup begini, asal dekat dengan saudara-saudara, enggak apa-apalah," imbuhnya.

Terus bertambah
Sumiyat, 50, penghuni kos lainnya, yang juga berprofesi sebagai penjual jamu gendong, tetap optimistis akan berhasil. Perempuan asal Boyolali itu tinggal berdua dengan suaminya di rumah kos yang luasnya sama dengan kediaman Nanjiman.

Tiga anaknya dititipkan kepada saudara di Boyolali. "Dua masih sekolah, satu sudah bekerja. Saya pilih kos di kawasan ini agar tidak perlu mengurus administrasi kependudukan. Suatu hari kami akan kembali ke Boyolali," paparnya.

Kepala Badan Pusat Statistik Kota Bekasi Slamet Waluyo mengungkapkan 233 ribu kepala keluarga dari 599.070 keluarga penghuni Kota Bekasi tidak punya rumah dan harus tinggal di rumah kontrakan/kos. "Jumlah pengontrak terus bertambah, banyak tumbuh hunian sewa," ujar Waluyo.

Tidak heran bila beberapa wilayah Kota Bekasi kini berubah menjadi kawasan padat penduduk. Seperti Jalan Mandor Ale, Rawa Lumbu, yang tumbuh menjadi kawasan rumah tapak sewa. Sebagian besar penghuninya ialah warga pendatang.

Namun, mereka tak merasa terdampar karena di sana banyak tinggal warga satu kampung halaman. Jadilah pemahaman mereka, merantau itu sama dengan pindah kampung semata.(J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik