Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEDARI pagi, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kenanga yang berada di Cideng, Jakarta Pusat, sudah riuh rendah oleh suara warga yang memanfaatkan ruang terbuka hijau itu. Dari suara anak-anak yang sedang belajar mengaji hingga cengkerama para ibu yang sedang membuat kerajinan dari bahan daur ulang. Bagi warga, RPTRA itu menjadi oase di tengah penatnya persoalan hidup di kawasan permukiman padat tersebut.
"RPTRA ini dimanfaatkan warga salah satunya sebagai tempat anak-anak belajar me-ngaji. Sambil menunggui anak-anak selesai mengaji, saya belajar membuat kerajinan daur ulang bersama ibu-ibu lainnya," tutur Julia, 48, salah satu warga setempat.
Sebelum ada ruang publik itu, ia mengaku tak terlalu akrab dengan tetangga. Jangankan akrab, tahu nama tetangganya pun sedikit.
"Tapi sekarang kami bertegur sapa dan sangat kompak. Perkumpulan ibu-ibu di sini mungkin paling kompak se-Jakarta," selorohnya.
Julia memang tak asal 'pamer'. Seusai mengantar anak-anak mereka mengaji di musala yang ada di RPTRA itu, para ibu langsung menuju ruang perpustakaan untuk belajar membuat kerajinan daur ulang.
"Daripada di rumah main handphone, mending di sini. Banyak kegiatan yang bermanfaat," celetuk Titin, 32, tetangga Julia.
Pagi itu, Titin tak ikut belajar membuat kerajinan. Ia memilih ikut kumpulan belajar bahasa Inggris yang juga digelar di salah satu sudut RPTRA tersebut.
"Gurunya ialah anak-anak sini yang sudah mahasiswa, muridnya ialah ibu-ibu sini juga. Lucu juga ya hahahahaha.... Enggak apa-apa, yang penting ibu-ibu di sini jadi pintar," ujarnya.
Satu hal yang paling mengesankannya, sambung Titin, ialah berbaurnya para ibu dari berbagai kelas sosial di taman tersebut. Mereka lupa akan istilah kaya-miskin karena sibuk dengan berbagai aktivitas dan kreativitas yang ada.
"Pokoknya kalau pagi seru deh di sini. Kalau sore, gi-liran anak remaja yang beraktivitas. Ada yang main bola, ada juga yang main galasin," ujarnya.
Edukasi anak
Sudah hampir dua tahun RPTRA Kenanga hadir di tengah warga Cideng. Taman itu hidup nyaris 24 jam sehari. Selama tujuh hari dalam sepekan, taman itu diisi beragam aktivitas warganya.
Lurah Cideng Muhammad Fauzi mengatakan tujuan pembangunan RPTRA itu, selain membangun ruang terbuka hijau sebagai paru-paru kota, tak kalah pentingnya ialah menjadi ruang publik, tempat bercengkeramanya para peng-huni kota. Dari situ, diharapkan muncul perilaku dan kebiasaan positif warga yang terbangun dari kesadaran bersama.
"Misalnya untuk anak-anak, mereka dilatih untuk disiplin pulang ke rumah tidak larut malam karena taman ini tutup pukul 22.00 WIB. Sebelum ada taman ini, mereka enggak jelas mainnya di mana dan menjelang subuh baru pulang," terangnya. Sebagai orangtua, Titin mengaku keberadaan RPTRA itu berhasil memupus kekhawatirannya soal pergaulan remaja.
Kini anak-anaknya lebih sering bermain di dalam RPTRA bersama teman-temannya sekaligus mengikuti kegiatan yang dijadwalkan pengelola.
"Anak saya kadang ikut melukis, menari, atau menonton film edukasi. Anak-anak pada senang main di taman karena memang banyak mainannya. Kalau main di jalanan, takut kenapa-kenapa. Kebetulan RPTRA ini juga dekat dengan rumah," ucapnya.
RPTRA Kenanga merupakan satu dari enam RPTRA generasi pertama di Jakarta. RPTRA itu diresmikan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Mei 2015.
Kegiatan RPTRA pun bera-gam, ada kegiatan belajar membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu, ada kegiatan pengajian pada setiap Jumat pagi, bermain lego, bermain futsal, dan menonton film bersama. Tak cuma itu, RPTRA Kenanga juga memiliki banyak koleksi tanaman. Di lahan seluas 2.800 meter persegi itu ditanami 58 jenis tanaman, mayoritas tanaman hias.
Tanaman obat keluarga juga banyak dijumpai. Namun, tak sedikit beberapa pohon seperti pohon jambu air, mangga, kelapa, dan kelor sehingga membuat taman menjadi rindang dan sejuk.
Pembudidayaan tanaman itu tak hanya dilakukan pengelola, tetapi juga masyarakat. Menurut dia, keikusertaan tersebut bagian dari pelatihan kepada masyarakat soal bercocok tanam. (J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved