Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

PBB Kecam Serangan Kimia

Haufan Hasyim Salengke
06/4/2017 08:20
PBB Kecam Serangan Kimia
(AFP/MOHAMED AL-BAKOUR)

PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan serangan senjata kimia yang menewaskan lebih dari 70 orang di sebuah kota yang dikuasai pemberontak menunjukkan bahwa kejahatan perang terus berlanjut di Suriah.

"Peristiwa mengerikan kemarin menunjukkan bahwa kejahatan perang terus terjadi di Suriah (dan) hukum humaniter internasional kerap kali dilanggar," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres saat menghadiri konferensi bantuan untuk Suriah di Brussels, Belgia, Rabu (5/4).

Guterres berjanji PBB akan menemukan pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa yang ia sebut telah menyingkap betapa kejahatan perang terus berlanjut di Suriah.

Dunia internasional mengutuk keras serangan senjata kimia yang terjadi pada Selasa (4/4) waktu lokal di wilayah Khan Sheikhun itu. Serangan itu menewaskan 72 warga sipil, termasuk 20 anak.

Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, kemarin, mengutuk serangan senjata kimia tersebut sebagai 'pembantaian yang tidak dapat diterima'.

"Kita ngeri menyaksikan peristiwa terbaru yang terungkap di Suriah," ujar Paus di hadapan publik dalam pertemuan rutin mingguan di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.

"Saya benar-benar menyesalkan pembantaian yang tidak dapat diterima yang terjadi di Provinsi Idlib kemarin yang menyebabkan puluhan orang tidak berdaya, termasuk banyak anak-anak, tewas," kata Paus.

Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengecam keras serangan senjata kimia tersebut dan menyebutnya sebagai kejahatan besar.

"Menargetkan dan membunuh warga sipil dengan metode seperti yang dilarang seperti itu ialah kejahatan besar dan tindakan barbar," tegas Aboul Gheit.

"Siapa pun yang melakukannya tidak akan lepas dari keadilan dan harus dihukum oleh masyarakat internasional sesuai dengan hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional," kata dia.

Lembaga independen pemantau perang yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), mengatakan serangan udara itu amat mungkin dilakukan pesawat tempur pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Inggris dan Amerika Serikat (AS) juga mengarahkan telunjuk mereka pada pemerintah Al-Assad atas serangan itu.

"Semua bukti yang saya lihat mengarah kepada rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang telah menggunakan senjata ilegal pada rakyatnya sendiri," kata Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson, kemarin.

Adapun Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini mendesak masyarakat internasional menyegerakan perundingan damai Suriah.

"Kita harus keras mendorong pembicaraan politik di Jenewa. Kita harus menyatukan masyarakat internasional dalam negosiasi ini."

Al-Assad membantah

Rezim Al-Assad membantah terlibat dalam serangan senjata kimia di Khan Sheikhun.

Militer Suriah mengatakan tidak pernah menggunakan senjata kimia di mana pun dan kapan pun, serta tidak akan melakukannya di masa depan.

Rusia turun tangan membela Damaskus. Moskow, yang telah melancarkan serangan udara sejak 2015 untuk membantu rezim Suriah pimpinan Al-Assad menghadapi kelompok pemberontak, berdalih serangan udara Suriah menghantam 'gudang milik teroris'.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bangunan itu ialah gudang tempat membuat bom, dengan zat beracun.

Namun, Moskow tidak menjelaskan apakah serangan itu disengaja atau tidak. (AFP/AP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya