Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
BANGKOK, ibu kota Thailand, dikenal sebagai kota yang tidak pernah tidur yang dijejali gedung bertingkat tinggi. Kemacetan lalu lintas adalah momok kota berjuluk 'Big Mango' itu.
Di balik kuil-kuil yang indah, pusat perbelanjaan mewah tidak terhitung jumlahnya, dan pasar-pasar yang dinamis, ada satu area yang menjadi paru-paru kota metropolitan tersebut, yakni Bang Krachao atau yang dikenal sebagai Green Lung atau Jungle of Bangkok.
Green Lung tidak banyak diketahui wisatawan. Bahkan banyak warga lokal Bangkok tidak tahu bahwa ada sebuah oasis hijau dan tenang nan cantik terselip di sisi lain Sungai Chao Phraya yang perkasa.
Terletak hanya sepelemparan batu dari hiruk pikuk Bangkok, Bang Krachao ialah sebuah semenanjung kecil yang terletak di Distrik Phra Pradaeng, Provinsi Samut Prakan.
Wilayah itu terkenal dengan vegetasi subur dan suasana perdesaan.
Tidak ada bangunan bertingkat tinggi di Green Lung. Juga, tidak ada polusi dan tentunya tidak ada kemacetan lalu lintas. Yang ada hanya lahan pertanian tropis dengan pohon kelapa, pohon pisang, pohon pepaya, dan pohon mangga.
Namun, warga dan aktivis atau juru kampanye kini mulai khawatir. Ekosistem perawan nan unik itu berada di bawah ancaman karena pengembang melirik kawasan itu dengan memikat penduduk setempat dengan transaksi tanah yang sangat menggiurkan.
Melambungnya harga tanah menggoda warga lokal untuk menjual tanah mereka.
Salah satunya adalah Supi Saengta. Perempuan berusia 62 tahun itu terpaksa menjual sebidang tanah warisan keluarga seluas 6.400 meter persegi, seharga 24 juta baht (Rp9,1 miliar).
"Saya merasa tidak enak menjualnya, tetapi bibi saya sakit. Dia perlu uang untuk mengurus kesehatannya," ujar Supi, yang tinggal di Green Lung seumur hidupnya.
Jakkaphan Thruadmarakha, seorang aktivis lingkungan yang lahir di daerah itu, mengatakan masuknya pengembang pada akhirnya merobohkan jaringan akses di Green Lung yang masih berupa jalan setapak dan diganti dengan jalan besar yang memblokade saluran air.
"Kita sudah bisa melihat beberapa kanal menjadi stagnan dan terjadi masalah dengan drainase air," tambahnya.
Ia mendesak pihak-pihak yang berkepentingan memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan.
Aktivis berjuang menjaga Green Lung tetap hijau. Di tengah gempuran para investor, terdapat beberapa pendukung kuat di sisi mereka. Semasa hidupnya, mendiang Raja Bhumibol Adulyadej telah menyatakan wajah Bang Krachao harus dipertahankan untuk generasi mendatang.
Putri sang raja, Putri Sirindhorn yang populer, telah mengunjungi Green Lung beberapa kali.
Pada momen Bhumibol mangkat, Oktober lalu, pemerintah junta mengumumkan rencana untuk melindungi karakter liar Bang Krachao. (AFP/Haufan Hasyim Salengke/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved