Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
PRIA yang menewaskan 39 orang dalam serangan di kelab malam di Istanbul, Turki, pada malam Tahun Baru kemungkinan besar bersuku Uighur. Badan Keamanan Turki juga disebutkan telah mengetahui persembunyiannya. Demikian diungkapkan Wakil Perdana Menteri Veysi Kaynak, Kamis (5/1).
Kaynak menggambarkan pria itu sebagai anggota sel terlatih, yang melakukan serangan seorang diri, dan menyatakan bahwa kemungkinan pelariannya ke luar negeri tidak akan dikesampingkan, sehingga gerakan keamanan di wilayah Turki akan ditingkatkan agar pelaku segera tertangkap.
"Jati diri teroris tersebut diperlihatkan oleh pasukan keamanan dan kemungkinan keberadaannya telah diketahui," kata Kaynak dalam wawancara dengan lembaga penyiaran A Haber.
Kelompok garis keras Islamic State (IS) menyatakan bertanggung jawab atas serangan tersebut dengan menyatakan bahwa serangan itu merupakan balasan atas keterlibatan
militer Turki di Suriah.
Polisi melakukan razia subuh di kota untuk membatasi Istanbul, Kamis, dan menahan tersangka terkait serangan tersebut, demikian Kantor Berita Anadolu yang dikelola oleh pemerintah setempat.
Polisi pemberantas terorisme, polisi, dan pasukan khusus merazia kompleks perumahan di Selimpasa, kota pesisir di wilayah barat Istanbul setelah menerima laporan intelijen bahwa beberapa orang membantu pelaku penyerangan di sana. Beberapa orang dari Suku Uighur di antara mereka yang ditahan, demikian media setempat melaporkan.
Suku Uighur kebanyakan muslim, kelompok kecil berbahasa Turki dan tinggal di wilayah China barat. Mereka juga masyarakat besar perantau di seluruh Asia Tengah dan Turki. Sumber keamanan dan media melaporkan bahwa pria bersenjata tersebut dianggap pria yang berasal dari negara di Asia Tengah.
Bantuan tersangka yang tidak disebutkan namanya oleh pihak berwenang itu melakukan penembakan di jalan menuju Reina, kelab malam eksklusif di Istanbul, pada Minggu (1/1) dini hari dengan menggunakan senapan otomotif dan melemparkan granat kejut.
Dalam situasi yang masih kabur, beberapa saksi awal melaporkan bahwa di tempat itu mungkin ada lebih dari satu pelaku penyerangan. Namun, hal itu dikesampingkan oleh pihak berwenang Turki.
"Di sana hanya ada satu pelaku penembakan. Dilakukan dengan satu senjata....tetapi ada beberapa pembantu di dalamnya," kata Kaynak dengan menyatakan bahwa penyidik masih memeriksa apakah dia memiliki penjaga atau pendamping lainnya dalam kelab malam itu.
Ia belum bisa menjelaskan berapa orang yang ditangkap di Selimpasa, Kamis, tetapi sedikitnya 36 orang ditahan sejak serangan tersebut, demikian laporan media pada Rabu (4/1) kemarin.
Polisi di Kota Izmir di pesisir Pantai Aegean pada Rabu menahan 20 terduga anggota IS, yang dianggap berasal dari Asia Tengah dan Afrika Utara. Sejumlah paspor palsu, telepon seluler, dan peralatan, termasuk alat pengintai malam hari dan perangkat GPS juga telah disita.
Serangan terhadap kelab malam kelas atas di Distrik Ortakoy, kawasan Pantai Bosphorus, Istanbul, terjadi setelah percobaan kudeta pada Juli 2016 lalu dan serangkaian serangan oleh kelompok radikal IS dan kelompok militan Kurdi mengguncang Turki sebagai anggota NATO lebih dari setahun yang lalu.
Presiden Tayyip Erdogan menyatakan bahwa serangan terhadap kelab malam yang sangat terkenal di kalangan selebritas dan orang asing kaya itu sebagai upaya untuk memecah umat Islam yang sebagian besar beraliran Sunni itu. Di antara korban tewas ialah warga Turki dan sejumlah wisatawan dari beberapa negara Arab, India, dan Kanada. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved