Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
PERDANA Menteri Denmark Mette Frederiksen menyampaikan permintaan maaf resmi kepada perempuan Greenland yang menjadi korban program kontrasepsi paksa pada 1960-1970-an. Ia menyebut kebijakan itu sebagai bentuk “diskriminasi sistematis” yang telah menimbulkan luka fisik maupun psikologis.
“Kami tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi kami bisa bertanggung jawab,” kata Frederiksen. “Atas nama Denmark, saya minta maaf.”
Skandal ini pertama kali terungkap lewat podcast investigasi Spiralkampagnen pada 2022. Arsip negara menunjukkan antara 1966-1970 sekitar 4.500 perempuan dan anak perempuan Inuit dipasangi alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) tanpa sepengetahuan atau persetujuan mereka. Sejumlah korban bahkan menjadi mandul.
Sebanyak 143 perempuan kini menggugat pemerintah Denmark, 138 di antaranya masih di bawah umur ketika dipaksa dipasangi IUD. Dampak program itu begitu luas hingga laju pertumbuhan penduduk Greenland menurun drastis.
Mantan Perdana Menteri Greenland, Mute B. Egede, pernah menyebut praktik ini sebagai “genosida”. Pemerintah Denmark dan Greenland kemudian sepakat membentuk penyelidikan resmi, yang hasilnya dijadwalkan keluar bulan depan setelah dua tahun investigasi.
Meski menerima permintaan maaf, banyak korban menilai langkah itu datang terlambat. “Hak asasi kami dilanggar, kami menderita kerugian serius. Permintaan maaf memang penting, tapi yang lebih utama adalah pengakuan bahwa ini pelanggaran HAM,” kata psikolog Naja Lyberth, salah satu korban.
Perdana Menteri Greenland, Jens-Frederik Nielsen, menyambut baik pernyataan Frederiksen, namun menyebut permintaan maaf itu “terlambat dan menyedihkan”. Ia menegaskan, “Yang terpenting sekarang adalah memastikan kebenaran terungkap dan hal serupa tidak pernah terulang.”
Kasus ini menjadi salah satu dari serangkaian kontroversi perlakuan Denmark terhadap warga Greenland, termasuk adopsi paksa dan pemisahan anak-anak Inuit dari keluarganya, yang telah lama membayangi hubungan kedua wilayah dan memperkuat seruan kemerdekaan di Greenland. (BBC/Z-2)
Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menegaskan Greenland tidak akan diserahkan kepada Amerika Serikat di tengah tekanan dari Donald Trump dan pejabat AS.
Donald Trump mengungkapkan keyakinannya Amerika Serikat akan menguasai Greenland, menyusul perbincangan yang dianggap "mengerikan" dengan PM Denmark, Mette Frederiksen.
Serangan terhadap PM Denmark, Mette Frederiksen, menggemparkan publik setelah dia dilaporkan diserang seorang pria di Kopenhagen, menyebabkan kekagetan dan cedera leher.
Insiden itu terjadi di sebuah alun-alun di pusat kota ketika seorang pria yang tengah berjalan mendekati Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen dan memukulnya.
Prajurit-prajurit yang berfoto dengan Hercules itu akan dibina dan diberikan wawasan yang lebih untuk bisa introspeksi diri
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menyatakan penyesalan atas dugaan kekerasan yang dialami wartawan saat meliput kunjungannya di Stasiun Tawang, Semarang.
Penyiar veteran Tony Jones meminta maaf kepada Novak Djokovic setelah komentar yang dia buat selama segmen acara berita di Australian Terbuka memicu reaksi dari bintang tenis Serbia itu.
CEO Jeju Air, Kim Yi-bae, menyatakan pesawat yang mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, tidak menunjukkan tanda-tanda masalah sebelum insiden.
Dennis Rodman, juara NBA lima kali, meminta maaf kepada putrinya, Trinity Rodman, setelah putrinya mengkritik ketidakhadirannya dalam hidupnya dalam podcast Call Her Daddy.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved