30 Orang Terluka Akibat Mobil Tabrak Kerumunan di Munich

SEDIKITNYA 30 orang terluka, beberapa di antaranya mengalami luka serius, setelah sebuah mobil menabrak kerumunan di Munich, hanya seminggu sebelum pemilihan federal Jerman.  

Pengemudi mobil tersebut adalah seorang pencari suaka asal Afghanistan berusia 24 tahun, menurut polisi. Pengemudi diidentifikasi oleh media lokal sebagai Farhad N. Ia ditangkap di tempat kejadian.  

Polisi mengatakan penyelidikan telah diambil alih oleh unit kontra-terorisme, karena ada indikasi tersangka memiliki "latar belakang ekstremis."  

Baca juga : 4 Orang Tewas dalam Kecelakaan Bus di Jalan Tol Jerman

Insiden ini terjadi setelah serangkaian serangan mematikan di Jerman, beberapa di antaranya diduga dilakukan imigran. Kanselir Olaf Scholz mengatakan pengemudi tersebut "harus dihukum dan harus meninggalkan negara ini."  

Peristiwa ini juga terjadi menjelang Konferensi Keamanan Munich, yang akan dihadiri oleh para pemimpin dunia, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Wakil Presiden AS JD Vance.  

Tabrakan terjadi pada pukul 10:30 waktu setempat (09:30 GMT) pada Kamis, saat berlangsungnya aksi unjuk rasa serikat pekerja transportasi.  

Baca juga : Ledakan Granat di Bar Grenoble, Lebih dari 10 Orang Terluka, Dua dalam Kondisi Kritis

Menurut polisi, mobil tersebut terlihat mendekati kendaraan polisi di lokasi demonstrasi di Dachauer Strasse, tidak jauh dari stasiun kereta utama Munich, sebelum melaju lebih cepat dan menabrak kerumunan. Polisi menembaki kendaraan tersebut sebelum menangkap tersangka.  

Helikopter penyelamat segera dikerahkan ke lokasi, dan Wali Kota Munich, Dieter Reiter, mengatakan anak-anak termasuk di antara korban luka.  

Saksi mata mengatakan kepada BBC, mereka melihat orang-orang berlarian mencari perlindungan ke toko-toko dan gedung-gedung tempat tinggal saat kejadian mengerikan itu berlangsung.  

Baca juga : Penemuan Menakjubkan: Kulit Halus dan Sisik Plesiosaurus Terungkap dalam Fosil 183 Juta Tahun

"Ini jelas sangat mengganggu," kata seorang mahasiswa yang sedang belajar di sebuah kedai kopi terdekat. "Saya tidak bisa berkonsentrasi pada apa pun lagi."  

Tabrakan ini kembali menyoroti isu imigrasi dan keamanan menjelang pemilihan federal yang akan berlangsung pada 23 Februari.  

Menurut Kantor Berita Jerman, tersangka datang ke Jerman tahun 2016 sebagai anak di bawah umur dan permohonan suakanya ditolak pada tahun berikutnya. Laporan tersebut menyebutkan ia seharusnya dideportasi pada musim gugur tahun 2020.  Menteri Dalam Negeri Bavaria, Joachim Herrmann, mengatakan tidak dipaksa meninggalkan Jerman karena alasan keamanan di Afghanistan.  

Baca juga : Penemuan Situs Pemakaman 4.500 Tahun dari Kebudayaan Bell Beaker di Jerman

Polisi Munich mengonfirmasi tersangka masih memiliki izin tinggal yang sah pada saat insiden terjadi. Perdana Menteri Bavaria, Markus Söder, menyebut insiden ini sebagai "dugaan serangan."  "Ada sesuatu yang harus segera diubah di Jerman—dan dengan cepat," ujarnya.  

Bagi warga Jerman, kejadian ini mengingatkan pada serangan di pasar Natal di Magdeburg kurang dari dua bulan yang lalu, yang menewaskan enam orang dan melukai 300 lainnya.  

"Saat Anda mendengar berita bahwa seseorang kembali menabrakkan mobil ke kerumunan, fakta bahwa ada begitu banyak korban luka adalah pukulan telak," kata Söder.  

"Kami akan mengusut semua detailnya, tetapi kami harus tetap waspada terhadap setiap serangan seperti ini."  

Polisi mengatakan mereka belum dapat mengonfirmasi apakah ada orang lain yang terlibat, menyusul laporan yang belum dikonfirmasi mengenai adanya orang kedua di dalam mobil. Mereka meminta saksi untuk memberikan informasi dan rekaman insiden tersebut.  

Bavaria baru saja mengalami serangan tiga minggu lalu, ketika seorang balita dan seorang pria berusia 41 tahun tewas dalam penikaman di sebuah taman di kota Aschaffenburg.  

Belakangan terungkap tersangka penyerangan adalah seorang warga negara Afghanistan yang diduga memiliki simpati terhadap jihadisme. Saat itu, Olaf Scholz meminta pihak berwenang untuk menjelaskan mengapa pria tersebut masih berada di Jerman.  

Serangkaian serangan yang berulang kali terjadi telah mendorong isu kebijakan imigrasi dan suaka menjadi topik utama dalam pemilihan Jerman pada 23 Februari, dengan partai sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) berada di posisi kedua dalam jajak pendapat.  

Kandidat kanselir dari AfD, Alice Weidel, secara terbuka mendukung seruan "remigrasi," yang ditafsirkan sebagai pemulangan massal imigran.  

Scholz, yang partai Sosial Demokratnya tertinggal di belakang AfD, mengatakan bahwa pemerintah berencana meningkatkan deportasi terhadap pelaku kejahatan berat ke Afghanistan. Deportasi ke Kabul telah dimulai sejak Agustus tahun lalu.  

Dalam perkembangan lain, seorang pria Afghanistan dengan dugaan simpati terhadap Islamisme sedang diadili di penjara dengan keamanan tinggi di Stuttgart atas serangan pisau yang menewaskan seorang polisi dan melukai lima orang lainnya dalam unjuk rasa anti-Islam di Mannheim pada Mei tahun lalu.  

Beberapa bulan kemudian, tiga orang dibunuh oleh seorang pria bersenjata pisau di kota Solingen, Jerman barat. Seorang warga Suriah yang seharusnya dideportasi ditangkap, dan kelompok jihad ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. (BBC/Z-2)