Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
PERTARUNGAN calon presiden (capres) dari Partai Demokrat Hillary Clinton dan capres dari Partai Republik Donald Trump dalam kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) semakin sengit dan disertai perang kata-kata kasar di berbagai bidang. Bahkan, mulai menyentuh ranah ras. Di hari kedua kampanye yang digelar di Florida, Selasa (6/9), kedua capres baku serang dan baku tuduh sebagai upaya untuk merebut suara pemilih menjelang pemilihan presiden 8 November mendatang. Dalam kampanyenya Clinton menyebut Trump penghasut dan menyebut kampanye sang miliarder itu hanyalah penghinaan panjang. Terkait lawatan Trump ke Meksiko pekan lalu untuk bertemu dengan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, Clinton menyebut Trump telah tercekik karena gagal membahas permintaan supaya Meksiko membayar dinding perbatasan yang diajukan Trump.
"Mari saya jelaskan tentang tercekik. Saya tidak tercekik. Dia (Hillary) yang tercekik," seru Trump kepada televisi ABC. Clinton menggelar kampanye di acara pendaftaran pemilih, sementara Trump mengadakan pertemuan di balai kota dengan veteran militer sebelum menuju North Carolina untuk berkampanye malam hari. Kedua capres memiliki waktu kurang dari tiga minggu sebelum perdebatan capres pertama dari rencana tiga perdebatan digelar. Clinton yang sudah tiga dekade di kancah politik 'Negeri Paman Sam' tampak tak peduli dengan serangan Partai Republik kepadanya termasuk desakan penyelidikan kongres terhadap Clinton Foundation. "Saya yakin saya orang terbaik untuk jabatan ini dan saya yakin mereka akan terus datang mengganggu saya," ujar Clinton. Di saat Clinton terus mengulang tuduhan bahwa Trump tak layak menjadi presiden, Trump berusaha meyakinkan veteran di Virginia Beach bahwa ia di pihak mereka. Trump memanfaatkan kesempatan itu untuk menyebut Clinton tidak efektif sebagai diplomat dan politisi. "Dia (Hillary) adalah bencana dalam banyak cara yang berbeda. Hillary menginginkan imigran ilegal diperlakukan lebih baik daripada veteran," ujar Trump.
Sisi berbeda
Keduanya diketahui memiliki sisi yang berbeda terkait dengan kebijakan imigrasi. Hillary Clinton mendukung jalur kewarganegaraan bagi 11 juta orang yang hidup dalam bayang-bayang, tetapi Donald Trump ingin membatasi imigrasi. Keduanya juga berselisih soal isu keamanan nasional. Trump menyebut Clinton tidak akan mampu menghadapi lawan seperti Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam jajak pendapat oleh CNN/ORC, Trump unggul 2 poin atas Clinton dengan perbandingan 45% dan 43%. Sebaliknya, jajak pendapat oleh NBC News di kalangan pemilih terdaftar menyebut Clinton memimpin dengan 48%, dan Trump 42%. Survei lain oleh The Washington Post di 50 negara bagian AS menunjukkan Clinton solid memimpin di kalangan pemilih mahasiswa dan bahkan kuat di beberapa wilayah kekuasaan Republik.
Clinton mengatakan tak peduli dengan jajak pendapat. "Kami bertahan dengan strategi kami. Kami merasa sangat baik di tempat kami," tegasnya. Ketatnya perolehan suara dalam jajak pendapat menegaskan ketatnya persaingan. Itu membuat pertarungan memperebutkan negara bagian yang belum menentukan pilihan (swing state) menjadi semakin penting. (AFP/Ihs/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved