Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Bank Pembangunan Internasional Didesak Lakukan Divestasi

Eni Kartinah
28/1/2021 09:45
Bank Pembangunan Internasional Didesak Lakukan Divestasi
Ilustrasi(Dok.Sinergia Animal)

KETIKA semua mata tertuju pada pandemi covid-19, sebenarnya ada masalah yang tidak kalah pentingnya, yakni mitigasi perubahan iklim. Untuk mencegah planet mencapai titik terpanas dalam sejarah, LSM internasional Sinergia Animal dan organisasi mitra lainya  mendesak bank pembangunan internasional untuk mengumumkan divestasi terhadap industri peternakan. Menurut FAO, setidaknya 14,5% dari semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia dikeluarkan dari sektor industri peternakan.

“Lembaga keuangan ini memiliki peran besar dalam melakukan mitigasi perubahan iklim dengan membentuk rantai produksi. Mereka dapat memutuskan untuk mendanai praktik pertanian berkelanjutan, atau terus meminjamkan dana miliaran kepada industri peternakan. Selain tidak ramah lingkungan, industri ini juga menempatkan kita pada risiko pandemi baru, ancaman  ketahanan pangan, dan juga kekejaman terhadap hewan dan manusia,” jelas Anggodaka, Campaign Manager Act for Farmed Animals (AFFA).

Baca juga: Diversifikasi Pangan Kunci Lawan Ancaman Perubahan Iklim

Pada November tahun lalu, sebanyak 450 bank pembangunan publik di dunia mengumumkan, melalui deklarasi bersama, janji untuk menyelaraskan keputusan pendanaan dengan Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim. Dalam surat tersebut, mereka menyatakan bahwa konservasi, pengelolaan dan perlindungan berkelanjutan (keanekaragaman hayati, lautan, dan alam) merupakan fondasi  untuk pembangunan dan kesejahteraan semua masyarakat, termasuk dalam merancang sistem pangan yang berkelanjutan.

“Berdasarkan bukti saintifik, kami dapat mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menciptakan sistem pangan yang aman, berkelanjutan, dan adil saat kita tahu bahwa sistem tersebut sangat bergantung pada produksi hewan, terutama dalam sistem industri kita saat ini,” kata Anggodaka.

Sinergia Animal merekomendasikan agar investasi pada industri peternakan dihentikan dan beralih ke sistem agroekologi, yakni sistem pertanian asli, agroforestri, pertanian organik, sistem pangan nabati, sistem silvo-pastoral (sistem penggunaan lahan yang menggabungkan penanaman tanaman penghasil makanan ternak dan pepohonan untuk memproduksi hasil kayu dan sekaligus memelihara ternak) serta inisiatif sistem padang rumput permanen dengan intensitas rendah (untuk mengurangi dampak buruk kepada lingkungan).

Sebuah studi terbaru oleh Inter-American Development Bank (IDB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) menunjukkan manfaat tambahan ketika beralih ke ekonomi dengan emisi nol yang bersih, yang mencakup penambahan pola makan berbasis nabati: dapat menciptakan 15 juta pekerjaan baru di Amerika Latin dan Karibia pada 2030.

Sampai dengan saat ini, sudah 5 tahun sejak Perjanjian Paris dilakukan. Pemerintah dari seluruh dunia berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celcius, dibandingkan dengan tingkat pada masa  pra-industri. Namun, survei menunjukkan tujuan tersebut mungkin tidak akan dapat tercapai.

“Hasil mengkhawatirkan ini menunjukkan bahwa, jika para pembuat keputusan tidak menanggapi perubahan iklim dengan serius, kita akan menuju titik kritis yang akan mendorong planet ini dalam kerusakan yang permanen. Dan hal ini mungkin dapat terjadi lebih cepat dari yang kita perkirakan,” ungkap Anggodaka. (RO/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya