Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

AS Siap Kembali ke Perjanjian Paris

Faustinus Nua
06/11/2020 02:40
AS Siap Kembali ke Perjanjian Paris
Kandidat presiden Amerika Serikat Joe Biden(AFP)

AMERIKA Serikat meninggalkan Perjanjian Paris pada Rabu (4/11), menjadi negara pertama yang menarik diri dari pakta perubahan iklim internasional tersebut. Namun, kandidat presiden Joe Biden berjanji akan segera kembali ke perjanjian itu.

Dengan hasil pemilu yang menunjukkan kemungkinan kekalahan Donald Trump, Biden mengambil nada suara presiden terpilih dan menjelaskan bahwa iklim ialah prioritas utama. “Pemerintahan Trump secara resmi meninggalkan Perjanjian Iklim Paris. Tepat dalam 77 hari, pemerintahan Biden akan bergabung kembali,” tulis Biden di Twitter, yang akan mengambil sumpah presiden pada 20 Januari 2021 jika terpilih.

Biden telah mengusulkan rencana senilai US$1,7 triliun untuk membawa AS, yang kini sebagai penghasil emisi karbon terbesar kedua di dunia, menjadi nol bersih pada 2050.

Langkah Biden tersebut perlu melalui beberapa tahap. “Biden perlu secara resmi memberi tahu PBB tentang kesediaan AS untuk kembali. Namun, pemberitahuan semacam itu akan menjadi bagian yang mudah,” ujar Andrew Light, penasihat iklim mantan Presiden Barack Obama.

AS juga masih akan belum bergabung ketika Inggris dan PBB menjadi tuan rumah KTT Iklim pada 12 Desember mendatang, peringatan lima tahun Perjanjian Paris.


Bahan bakar fosil

Trump pertama kali mengumumkan niatnya untuk menarik Amerika Serikat dari pakta perubahan iklim tersebut pada Juni 2017 dengan  alasan hal itu akan merusak ekonomi AS. Namun, dia tidak dapat melakukannya secara resmi sampai sekarang karena sejumlah persyaratan dari kesepakatan itu.

Pengunduran diri itu menjadikan Amerika Serikat satu-satunya negara dari 197 negara penandatangan yang telah menarik diri dari perjanjian perubahan iklim, yang dibahas dan dicapai pada 2015.

Pemerintahan Trump secara agresif memang memperjuangkan industri bahan bakar fosil, mempertanyakan kebenaran ilmu pengetahuan
tentang perubahan iklim, dan melemahkan upaya perlindungan lingkungan lainnya. 

Namun, sebuah laporan pada bulan lalu oleh kelompok riset America’s Pledge menemukan bahwa bahkan tanpa bantuan dari Washington,
tindakan dari kota, negara bagian, dan bisnis masih akan memungkinkan AS untuk mengurangi emisi hingga 37% pada 2030.

Menurut Patricia Espinosa, Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), keluarnya AS dari Perjanjian Paris menjadi ganjalan dalam upaya mencapai tujuan dan ambisi perjanjian itu.

“Amerika Serikat masih tetap menjadi anggota UNFCCC. Kami akan siap membantu AS dalam upaya apa pun untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Paris,” katanya.

Sebelumnya, pemerintah AS di bawah kepemimpinan Obama telah berjanji untuk memotong emisi karbon AS hingga 26-28% pada 2025 dari tingkat emisi pada 2005 berdasarkan kesepakatan tersebut.

Sebagian besar ilmuwan percaya bahwa dunia harus mengurangi emisi secara tajam dan cepat untuk menghindari efek paling dahsyat dari pemanasan global. Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa barubaru ini meningkatkan target pengurangan emisi karbon mereka. (AFP/Ant/X-11)


 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya