Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
POPULARITAS Donald Trump dan Hillary Clinton seolah tak terbendung. Trump difavoritkan bakal memenangi pemilihan pendahuluan (Super Tuesday) hari ini untuk kandidat calon presiden Amerika Serikat (AS) mewakili Partai Republik. Begitu pula dengan Hillary di kubu Demokrat.
Namun, keberhasilan Trump yang terus merajai polling kini menjadi sasaran empuk serangan verbal dari kandidat Partai Republik lainnya, Marco Rubio. Rubio yang juga Senator Florida itu menyatakan pengusaha real estat tersebut memiliki kelemahan besar. Rubio bahkan memperingatkan pendukungnya di Tennessee bahwa media AS dan para pengkritik akan 'menghabisi' Trump jika dia memenangi nominasi pencapresan Partai Republik.
"Mereka akan mencabiknya (Trump) hingga berkeping-keping dan menjadikan Hillary Clinton terpilih," sebut Rubio, sembari meyakinkan pemilih Republik bahwa dirinya lebih mampu mengalahkan Hillary dalam pemilihan presiden November mendatang. Namun, dari polling terbaru yang dirilis CNN/ORC, Trump terus memimpin untuk Partai Republik, sedikitnya di delapan negara bagian dari total 11 negara bagian yang akan menggelar pemilihan awal Super Tuesday. Trump dilaporkan meraup 49% dukungan, diikuti Rubio di tempat kedua dengan 16% dukungan. Kandidat Republik lainnya, Senator Texas, Ted Cruz berada di tempat ketiga dengan 15% dukungan, yang diikuti pensiunan dokter bedah saraf Ben Carson dengan 10% dukungan, serta Gubernur Ohio John Kasich dengan 6% dukungan.
Trump pun membalas tak kalah keras komentar Rubio, dengan menyebutnya 'Marco Kecil' dan mengejeknya tidak bisa menjadi figur pemimpin yang kuat seperti Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut psikolog Stanford University, AS, Jeffrey Pfeffer, alasan mengapa Trump popular meski kerap kontroversial lantaran dia memiliki senjata berupa jawaban singkat untuk segala hal. Trump mungkin saja salah menjawab, tetapi ia selalu terdengar benar. Dalam politik, kata Pfeffer, kekuatan karakter menjadi penting. "Mereka merespons dengan dinamis, kekuatan, gerakan, senyuman, ekspresi wajah yang menunjukkan otoritas. Trump melakukan itu dengan kekuatan lebih dan dengan energi. Energi itu menular," kata Pfeffer seperti dikutip Washington Post, belum lama ini.
Kombinasi antara kepercayaan diri dan jawaban singkat akan lebih menyentuh. "Misalnya, jika Anda tidak menyukai imigran, bangunlah dinding." Pernyataan itu, kata Pfeffer, menyentuh bagi pendukung Trump yang mayoritas berasal dari kalangan berpendidikan rendah dan ekonomi menengah ke bawah.
Hillary unggul
Seperti halnya Trump, Hillary juga lebih popular jika dibandingkan dengan para rivalnya. Dalam pemilihan di South Carolina, Sabtu (27/2) lalu, misalnya, dia unggul atas rivalnya di Partai Demokrat, Bernie Sanders, sekaligus memperkuat kemenangannya di Iowa dan Nevada. Dia hanya kalah dari Sanders di New Humphsire. Kemenangan istri mantan presiden AS Bill Clinton di South Carolina dianggap signifikan karena dia diperkirakan sudah mengantongoi 86% dukungan pemilih kulit hitam, warga Afrika-Amerika.
Hillary berjuang keras meraih dukungan para pemilihnya dengan mendatangi warga dan mengimbau mereka untuk menggunakan hak suara saat Super Tuesday. "Saya butuh bantuan Anda untuk membawa orang-orang memilih bersama Anda, besok," tutur Hillary kepada warga di Springfield, Massachusetts, seperti dilansir AFP. (Aya/M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved