Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
NEGOSIATOR Amerika Serikat dan Taliban selangkah lagi mencapai kesepakatan untuk mengakhiri konflik 18 tahun di antara mereka. Dua seteru itu telah bertemu di Doha, Qatar, untuk menyelesaikan kesepakatan.
"Kami berada di ambang perjanjian yang akan mengurangi kekerasan dan membuka pintu bagi rakyat Afghanistan untuk duduk bersama menegosiasikan perdamaian yang terhormat dan berkelanjutan," ujar negosiator Washington untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, di Twitter.
Khalilzad menambahkan bahwa dia akan melakukan perjalanan ke Kabul pada Minggu (1/9) 'untuk melakukan konsultasi'. Beberapa pejabat telah mengisyaratkan bahwa memindahkan pembicaraan ke Kabul dapat menandakan hasil positif.
Negosiator AS itu tidak mengatakan apakah dia memiliki teks akhir untuk diserahkan kepada otoritas Afghanistan.
"Meskipun ada spekulasi, kami belum memiliki pengumuman untuk dibuat," kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS. Ia menambahkan bahwa Khalilzad akan berbicara kepada sejumlah besar warga Afghanistan di Kabul, termasuk para pemimpin pemerintah.
Sebelumnya, juru bicara Taliban di Doha, Suhail Shaheen, mengatakan pada Sabtu (31/8) bahwa kesepakatan "hampir selesai". Namun, ia tidak merinci hambatan apa saja yang masih ada sehingga belum sampai pada kesimpulan.
Perjanjian tersebut akan berfokus pada penarikan pasukan AS di Afghanistan dengan imbalan jaminan keamanan dari Taliban, bahwa Afghanistan tidak akan digunakan sebagai tempat perlindungan jihadis.
Selain itu, negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan perihal gencatan senjata juga akan menjadi pilar utama dari kesepakatan.
Baca juga: AS Tetapkan Tarif Baru Barang Impor Tiongkok Awal September
Kesepakatan seperti itu akan membantu menumbuhkan "Afghanistan yang bersatu dan berdaulat yang tidak mengancam Amerika Serikat, sekutu-sekutunya, atau negara lain mana pun", Khalilzad menambahkan dalam tweet hari Minggu.
Pasukan AS pertama kali dikirim ke Afghanistan setelah serangan 11 September 2001 yang dilakukan oleh Al-Qaeda dan dilindungi oleh rezim Taliban.
Namun saat ini, Washington ingin mengakhiri keterlibatan militernya yang terpanjang dalam sejarah mereka. AS telah berbicara dengan Taliban sejak tahun 2018.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sebelumnya berharap kesepakatan dapat diselesaikan sebelum 1 September, menjelang pemilu di Afghanistan akhir bulan ini dan pemilihan presiden AS tahun depan.
Sementara itu, sebagian besar rakyat Afghanistan memilih tidak berkomentar ketika para perunding AS membuat kesepakatan dengan Taliban. Sebagian lainnya mengesampingkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani.
Sementara perundingan yang memasuki putaran kesembilan ini terjadi, kekerasan yang melibatkan Taliban masih terjadi. Pada Sabtu (31/8), sebuah serangan terjadi di kota utara Kunduz. Pasukan keamanan Afghanistan mengatakan mereka telah 'memukul mundur' serangan yang terkoordinasi itu. (AFP/OL-1)
Pengamat Timur Tengah, Faisal Assegaf, berbagi pengalaman dramatisnya selama 100 jam ditahan oleh pasukan Kurdi di Suriah pada April 2025.
Konsumen fashion di AS menggugat Hermes karena dianggap enggan menjual tas Birkin tanpa pembelian produk mewah lainnya.
Sebuah petisi kepada Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS menyerukan larangan bahan kimia metilen klorida dalam proses dekafinasi kopi karena kekhawatiran terhadap kanker.
Kontroversi aturan berpakaian di pesawat menjadi sorotan di Amerika setelah seorang penumpang menyewa pengacara karena dianggap tidak mematuhi kebijakan pakaian di Delta Air lines.
Sejak diperkenalkannya vaksin HPV di Amerika Serikat pada 2006, terjadi penurunan signifikan infeksi HPV dan pra-kanker serviks pada remaja dan perempuan dewasa muda.
BNI kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong UMKM kopi Indonesia menuju pasar dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved