Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Dianggap Merusak Perdamaian Semenanjung, Korut Kecam Jepang

Tesa Oktiana Surbakti
20/7/2019 19:20
Dianggap Merusak Perdamaian Semenanjung, Korut Kecam Jepang
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in(AFP)

MEDIA pemerintah Korea Utara menyatakan seruan terhadap Jepang, karena membatasi perdangan dengan Korea Selatan terkait konflik perbudakan masa perang. Pyongyang menuduh Tokyo telah menghancurkan atmosfer perdamaian di Semenanjung Korea.

Awal bulan ini, pemerintah Jepang membatasi ekspor beberapa bahan kimia ke Korea Selatan, yang dibutuhkan sejumlah produsen chip dan telepon pintar berskala global. Langkah itu menyusul keputusan pengadilan tinggi Korea Selatan yang memerintahkan sejumlah perusahaan Jepang, untuk memberikan kompensasi kepada korban warga Korea. Dalam hal ini, terkait penggunaan kerja paksa.

Baca juga: Iran Rebut Tanker Inggris di Selat Hormuz

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, yang mendukung hubungan dengan Korea Utara, menyatakan tindakan Jepang bermotif politis dan mengguncang ekonomi Seoul yang ditopang kinerja ekspor. Seperti diketahui, Korea Utara berulang kali memperingatkan Korea Selatan, agar tidak ikut campur dalam negosiasi nuklir dengan Amerika Serikat (AS). Akan tetapi, Pyongyang berpihak pada Seoul di tengah konflik dagang dengan Tokyo.

Jepang merupakan salah satu negara yang bersikap tegas terhadap Korea Utara. Sebelumnya, Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, sepakat untuk memulai kembali perundingan dengan Jepang dan AS, yang menerima beberapa retorika keras dari Pyongyang.

"Jepang berupaya menghancurkan tren perdamaian di Semenanjung Korea, dengan menekan Korea Selatan melalui pembatasan ekspor," bunyi laporan kantor berita utama Korea Utara (KCNA), sekaligus menggambarkan Jepang sebagai musuh bebuyutan.

"Dampak kerusakan fisik dan emosi rakyat Korea yang disebabkan Jepang (selama pemerintahan kolonialnya), tidak dapat dikompensasi. Sekalipun bangsa Jepang mengorbankan dirinya sendiri," lanjut laporan tersebut.

Pernyataan Pyongyang muncul ketika seorang pejabat tinggi Korea Selatan menekankan semua opsi terbuka, jika Jepang tidak menarik pembatasan perdagangan. Dalam hal ini, menyoroti nasib perjanjian pembagian data intelijen militer, GSOMIA, termasuk mengenai Korea Utara.

Baca juga: Gara-Gara Kopi, Dua Turis Jerman Diusir dari Venesia

Ketegangan kembali meningkat pada Jum'at kemarin. Seorang pria Korea Selatan berusia 70 tahun meninggal, setelah membakar dirinya di luar Kedutaan Jepang di Seoul. Menteri Luar Negeri Jepang pun memanggil Duta Besar Korea Selatan di Tokyo, karena perselisihan bilateral.

Korea Selatan dan Jepang merupakan sekutu AS, namun hubungan antara keduanya sudah lama bersitegang, terkait kisah masa lalu pemerintahan kolonial Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945. Presiden AS, Donald Trump, yang melakukan kunjungan mendadak di Korea Utara bulan lalu, menyatakan siap membantu Seoul dan Tokyo untuk menyelesaikan konflik. Di lain sisi, Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, sering meminta Trump mencari jawaban tentang nasib rakyat Jepang, yang diyakini telah diculik Pyongyang. (AFP/OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik