Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
IRAN menyatakan keinginan untuk melanggar batas pengayaan uranium yang ditetapkan perjanjian nuklir 2015. Langkah itu sebagai upaya menekan para pihak yang terlibat dalam kesepakatan, sekaligus menyimpan sisi tawar-menawar mereka.
Langkah menakutkan, yang mencakup pemurnian di atas 3,67% sebagaimana ketentuan perjanjian nuklir, telah dikofirmasi Presiden Iran, Hassan Rouhani, pada Rabu lalu. Sekalipun langkahnya ditentang keras oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Baca juga: Perundingan Damai AS-Taliban Berjalan Produktif
Pada dasarnya, Rouhani membuat ancaman nyata yang semula diisyaratkan oleh Republik Islam pada 8 Mei. Tepat satu tahun setelah Presiden AS, Donald Trump, secara sepihak keluar dari perjanjian multilateral.
Lebih lanjut, Rouhani mengatakan upaya terencana itu merupakan respons terhadap kegagalan penandatanganan dengan sejumlah negara yang tersisa. Dalam hal ini, terkait janji mereka untuk membantu Iran lepas dari sanksi, yang kembali diberlakukan AS pada paruh kedua 2018.
Belum jelas seberapa besar pengayaan uranium yang ditingkatkan Iran. Namun, penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, mengisyaratkan besarannya bisa mencapai 5%. "Pengayaan uranium akan meningkat sesuai kebutuhan, sejalan dengan upaya damai kami," ujar Ali Akbar Velayati, penasihat urusan internasional untuk Khamenei, dalam sebuah wawancara yang muncul dalam situs pemimpin tertinggi.
"Untuk reaktor nuklir Bushehr, kami membutuhkan pengayaan sekitar 5%. Itu adalah tujuan yang sepenuhnya damai," imbuhnya.
Bushehr merupakan satu-satunya stasiun tenaga nuklir Iran. Teknologi itu beroperasi dengan pasokan bahan bakar impor dari Rusia, yang dipantau secara ketat oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB.
Seperti diketahui, perjanjian nuklir 2015 dicapai oleh Iran dan enam negara kekuatan dunia, yakni Inggris, AS, Tiongkok, Prancis, Jerman dan Rusia. Sejumlah negara raksasa memandang Iran sepakat untuk mengurangi program nuklir secara drastis, dengan imbalan pembebasan sanksi.
Pada Agustus 2018, AS kembali menerapkan sanksi terhadap Iran, yang menargetkan beberapa sektor utama, termasuk ekspor minyak dan sistem perbankan. Sanksi AS memicu resesi ekonomi Iran yang mendalam.
Adapun batas pengayaan 3,67% yang ditetapkan dalam perjanjian nuklir 205, cukup untuk menyokong pembangkit listrik. Kendati demikian, batasan tersebut jauh di bawah level 90% yang diperlukan untuk hulu ledak nuklir. Rouhani menekankan langkah Iran bisa dibatalkan, jika pihak lain memberikan bantuan untuk lepas dari sanksi AS. Dia juga menegaskan kebijakan negaranya tidak bermaksud untuk merusak kesepakatan, melainkan untuk mempertahankannya.
Sementara itu, Prancis memperingatkan Teheran bahwa mereka tidak akan meraih sesuatu, jika meninggalkan kesepakatan. Menentang perjanjian dinilai akan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.
Iran kembali menegaskan pihaknya tidak melanggar perjanjian nuklir 2015. Mereka menyoroti ketentuan perjanjian yang memungkinkan satu pihak untuk mengingkari komitmen sementara waktu. Itu dengan catatan pihak lain tidak menghargai bagian dari perjanjian tersebut.
Para pimpinan diplomatik Inggris, Prancis, Jerman dan Uni Eropa menyatakan keprihatinan atas nasib perjanjian nuklir. Melalui panggilan telepon dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Rouhani menekankan sikap Iran bahwa sanksi AS harus dicabut. Kantor berita IRNA juga melaporkan Teheran segera mengadakan konferensi pers pada Minggu waktu setempat, untuk menandai keputusan baru terkait pengurangan komitmen dalam perjanjain nuklir.
Di lain sisi, Trump memperingatkan Iran agar tidak bermain dengan api. Israel yang dikenal musuh bebuyutan Iran, menyerukan Uni Eropa segera menjatuhkan sanksi kepada Teheran, karena mengabaikan komitmen nuklir. Sebaliknya, Rusia menyatakan penyesalan atas langkah Iran, namun menilai hal itu sebagai konsekuensi tekanan AS, yang menyebabkan perjanjian nuklir di ambang kehancuran.
Baca juga: Putra Pangeran Harry Dibaptis
Uni Eropa mendesak Iran tetap berkomitmen pada kesepakatan, sebuah posisi yang diambil Rouhani. "Sebuah perjanjian, entah itu baik atau buruk. Jika itu baik, semua pihak harus berkomitmen, bukan hanya Iran semata," pungkas Rouhani.
Iran menjalankan kesabaran strategis selama satu tahun penarikan AS dari perjanjian nuklir. Mereka menanti penandatangan lain untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang dijanjikan. Akan tetapi, pada 8 Mei, Iran mengumumkan tidak akan menghormati dua batasan utama, yakni maksimal 1,3 ton untuk cadangan air berat dan batasan 300 kilogram (kg) untuk cadangan uranium yang diperkaya rendah. Dalam beberapa hari terakhir, IAEA mengonfirmasi bahwa Iran melanggar batas 300 kg. Mereka menjadwalkan pertemuan khusus terkait program nuklir Iran pada 10 Juli.(AFP/OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved