INDONESIA menegaskan komitmen melaksanakan reformask energi pada Abu Dhabi Climate Meeting di Abu Dhai, Uni Emirate Arab, Minggu (30/6).
"Reformasi energi itu kami lakukan juga untuk mengembang energi bersih serta energi baru terbarukan," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan, di sesi ketika informal Coalition Ministerial Breakfast.
Jonan menunjukkan sejumlah aktivitas reformasi energi tersebut. Pertama, memperluas jaringan gas kota yang memberi akses bagi 463.619 rumah tangga sejqk 2015-2018. Kedua, mengimplementasikan progran lampu ejergi matahari yang menyediakan akses energi baru terbarukan (EBT) bagi lebih 250.000 rumah di desa terpencil dan pulau-pulau kecil sepanjang 2017-2018.
Ketiga, mengonversi secara besar-besaran minyak tanah ke gas yang lebih bersih untuk memasak di rumah-rumah tangga, dengan memanfaatkan liquid Petroleum Gas (LPG) dengan tidak kurang dari 12,2 juta ton sejak 2015-2018. Konversi juga dilakukan pada bahan bakar untuk kapal-kapal nelayan kecil.
"Di masa depan, kami berharap reformasi subsidi energi fosil akan mendukung lebih banyak pengembangan enerbi baru terbarukan serta peningkatan efisiensi energi," tutur Jonan.
Baca juga: Hasil G20, Ketidakpastian Global Sedikit Reda
Ia juga menegaskan komitmen Indonesia untuk mewujudlan bauran energi dengan 23% energi baru dan terbarukan paza 2025 serta biofuel B20, B30 hinggs B100.
Jonan selajutnya meminta negara-negara besar terlibat aktif dalam upaya pengadaan energi varu dan terbarukan untuk mengurangi ancaman perubahan cuaca.
"Kami meminta dan mendorong keterlibatan aktif Amerika, Tiongkok, India dan Jepang sebagai negara-neraa pengguna energi yang sangat besar," ucap Jonan.
Abu Dhabi Climate Meeting dibuka oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Antonio Guterres. Pertemuan dua hari ini diikuti 1.700 menteri, kalangan dunia usaha dan pakar. Mereka membicarakan program berupa inplementasi tujuan yang dicanangkan dalam 2015 Paris Agreement dan tantangan ke depan.
Kesepakatan Paris 2015 berisi kesepakatan untuk mengurangi emisi karbondiaksida.
Dari Indonesia, selain Menteri ESDM Ignasius Jonan, hadir pula Dirjen Migas Djoko Siswanto, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. (RO/OL-1)