Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
AMERIKA Serikat (AS) dan Tiongkok menyatakan negosiasi perdagangan menghasilkan kemajuan besar. Sebuah sinyal positif jelang tenggat gencatan senjata dengan tujuan mencegah pemberlakuan tarif baru yang dapat mengguncang ekonomi global.
Presiden AS, Donald Trump, memuji kemajuan yang disebutnya luar biasa. Dia pun menyambut baik surat dari Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang mengharapkan kerja sama lebih lanjut.
Kantor berita resmi Tiongkok, Xinhua, melaporkan perundingan antara perwakilan AS dan Tiongkok menghasilkan kemajuan penting, selama menjalani dua hari negosiasi di Washington.
Meski pembicaraan putaran terakhir mengindikasikan nuansa positif, Gedung Putih menekankan kedua pihak masih menghadapi tenggat yang semakin dekat, yakni 1 Maret 2019. Seperti diketahui, kesepakatan gencatan senjata diambil untuk meredam eskalasi tajam dalam konflik dagang bilateral.
Kalangan ekonom menilai prospek pemberlakuan tarif AS dua kali lipat terhadap komoditas asal Tiongkok senilai US$200 miliar, menjadi pukulan berat bagi ekonomi global.
Dalam surat Xi kepada Trump, yang dibacakan delegasi Tiongkok, Xi mengatakan hubungan kedua negara berada pada tahap kritis. Pihaknya berharap kedua pihak dapat bekerja sama dengan menjunjung rasa hormat. Trump memberikan respons positif bahwa hubungan kedua negara dalam kondisi baik.
Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, akan mendatangi Tiongkok pada pertengahan Februari untuk pembicaraan putaran berikutnya. Nantinya, Trump akan bertemu dengan Xi untuk menutup kesepakatan.
“Kami harus membuat lembar kesepakatan yang saling disetujui. Ada beberapa hal yang belum kita sepakati, tapi saya pikir kami akan menemukan titik temu. Nanti ketika saya bertemu dengan Presiden Xi, setiap poin perjanjian akan disetujui,” ucap Trump.
Kegelisahan pasar
Di tengah pelambatan ekonomi Tiongkok dan kegelisahan pasar atas perkembangan konflik dagang, negosiasi yang berjalan saat ini memiliki pengaruh besar. Tahun lalu, Washington dan Beijing saling melemparkan serangan tarif yang menyasar komoditas senilai lebih dari US$360 miliar. Konflik dimulai setelah Trump mengeluhkan praktik perdagangan Tiongkok yang dinilai tidak adil.
Per 1 Maret 2019, AS berencana menaikkan tarif dari 10% menjadi 25% terhadap komoditas Tiongkok senilai US$200 miliar. Itu dengan catatan apabila tidak terjadi kesepakatan. “Sejauh ini kami belum membahas potensi untuk memperpanjang batas waktu,” tukas Trump.
Sebelum negosiasi pekan ini, Tiongkok menawarkan pembelian kedelai, yang menjadi salah satu komoditas ekspor utama ‘Negeri Paman Sam’. Selama perang dagang, kinerja ekspor kedelai anjlok, membuat petani AS menderita. Namun, perlahan kinerja ekspor mulai kembali cerah.
Delegasi Tiongkok menyebut akan meningkatkan impor komoditas pertanian dari AS, berikut sektor energi, layanan, dan barang-barang manufaktur.
Tiongkok juga berjanji akan meningkatkan kerja sama pada sektor utama yang dikeluhkan AS, yakni perlindungan kekayaan intelektual dan kekhawatiran terkait dengan transfer teknologi secara paksa.
Sinyal kemajuan dalam perundingan AS-Tiongkok mendongkrak pergerakan saham global. Mengingat, investor sangat memperhatikan perkembangan hubungan dua ekonomi terbesar global. (AFP/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved