Sidang Siti Aisyah, Pengadilan Malaysia Dalami Rekaman Pembunuhan

PENGADILAN tinggi Malaysia kembali menggelar sidang pembunuhan Kim Jung Nam hari dengan terdakwa Siti Aisyah (Indonesia) dan Doan Thi Huong (Vietnam) dua perempuan yang dituduh membunuh saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, setelah istirahat tujuh minggu. Pada sidang kali ini agendanya memverifikasi keaslian rekaman kamera keamanan yang menangkap serangan terhadap Jong Nam tersebut yang dijadikan bukti oleh jaksa.

Siti Aisyah, 25, dan Doan Thi Huong, 29, dituduh telah mengolesi zat saraf VX di wajah (muka) Jong Nam di terminal bandara Kuala Lumpur Malaysia pada 13 Februari lalu.

Namun keduanya mengaku tidak bersalah atas tuduhan pembunuhan tersebut saat persidangan mereka sebelumnya yang dimulai pada 2 Oktober 2017 itu. Dua perempuan tersebut merupakan pihak yang ditahan dan diproses secara hukum oleh pengadilan Malaysia, meskipun jaksa mengatakan ada empat warga Korea Utara yang terlibat dan berhasil melarikan diri dari Malaysia.

Jaksa penuntut, yang tahun lalu menunjukkan video keamanan ke pengadilan, memanggil tiga teknisi dari pihak bandara dan hotel bandara pada hari ini untuk menjelaskan bagaimana mereka mendapatkan gambar yang relevan dari server komputer utama dan menyalinnya ke cakram. Hal itu Jaksa lakukan untuk memungkinkan pengadilan menerima rekaman sebagai bukti formal.

Pihak pengadilan sebelumnya mengaku mendengar bahwa rekaman asli di server utama telah dihapus secara otomatis setelah 30 hari.

"Seluruh kasus mereka didasarkan pada rekaman CCTV dan VX, sehingga diterimanya footages sangat penting, namun mereka mengambil pendekatan yang sangat sederhana dan gagal untuk memeriksa apakah wanita memiliki motif," kata Gooi Soon Seng, pengacara Siti Aisyah.

Gooi mengatakan bahwa pembunuhan Kim adalah pembunuhan denagn motif politis karena disinyalir ada keterlibatan Kedutaan Besar Korea Utara. Seorang saksi polisi, ujarnya, juga telah memberi kesaksian bahwa sebuah mobil yang digunakan untuk membawa tersangka asal Korea Utara (yang berhasil kabur) ke bandara Kuala Lumpur pada hari saat terjadi pembunuhan itu merupakan milik kedutaan (Korut) tersebut.
Pengadilan juga mendengar bahwa seorang petugas kedutaan bertemu dengan tersangka sebelum mereka melarikan diri dan memfasilitasi pemeriksaan di bandara.

Jika bukti-bukti itu diabaikan hakim dan jika Siti Aisyah dan Thi Huong dihukum maka kedua perempuan tersebut bisa menghadapi hukuman mati.

"Namun mereka bisa lolos jika mereka tidak berniat membunuh. Itulah pertahanan kita," ujar Soon Seng.

Pengacara Soon Seng menambahkan bahwa pertahanan mereka lainnya ialah bahwa mereka percaya pada saat aksi tersebut mereka tengah memainkan program entertain lelucon untuk sebuah acara TV kamera tersembunyi.
Namun pihak Jaksa berpendapat bahwa kedua perempuan itu mengetahui bahwa mereka tengah mengolesi acun.

Pada peridangan sebelumnya, pihak pengadilan telah menemukan ada jejak (racun) VX pada pakaian Siti Aisyah dan juga kuku Huong. Otopsi menunjukkan VX ditemukan di wajah Jong Nam dan di matanya, darah dan air kencing serta pada pakaian dan tasnya. Dokter menyimpulkan penyebab kematian adalah "keracunan VX akut," dan mengesampingkan faktor penyebab lainnya.

Untuk diketahui Kim Jong Nam, merupakan anak tertua dalam keluarga yang telah memerintah Korea Utara sejak didirikan. Namun Jong Nam telah tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun setelah jatuh dari ketertarikan di bidang politik dinasti. Dia pun diperkirakan diasingkan karena dilihat sebagai ancaman saudaranya Kim Jong Un (pemimpin Korut) saat ini.

Di pihak lain, pemerintah Malaysia tidak pernah secara resmi menuduh Korea Utara terlibat dalam kematian Kim Jong Nam dan telah memastikan bahwa mereka tidak ingin pengadilan tersebut dipolitisasi.

Setelah sidang hari ini, pihak pengadilan meminta sidang akan dilanjutkan pada Maret. Diharapkan Hakim bisa memutuskan tidak/adanya keterlibatan dua perempuan tersebut dalam kasus kematian Jong Nam tersebut.(AP/OL-3)