Tekan Hariri Jadi Bumerang Saudi

SEBULAN yang lalu, Arab Saudi menekan Perdana Menteri Libanon Saad Hariri untuk mengundurkan diri sebagai upaya untuk mengendalikan saingan regional Iran. Namun, langkah itu justru menjadi bumerang. Hariri bukan hanya batal mundur, Selasa (5/12). Permainan kekuasaan Riyadh secara paradoks malah mempersatukan faksi-faksi Libanon yang terpecah. Kabinet Libanon mengeluarkan sebuah pernyataan bersama, Selasa (5/12), untuk menegaskan kembali komitmen mereka untuk tetap berada di luar konflik regional.

Pengunduran diri Hariri mengejutkan Libanon dan negara-negara lain. Langkah Hariri itu dipandang sebagai akibat langsung dari meningkatnya perebutan pengaruh antara Riyadh dan Teheran yang bertarung dalam konflik Suriah hingga Yaman. Saudi telah mendukung Hariri selama bertahun-tahun, dengan harapan dia akan melawan instrumen utama Iran di negeri itu, yakni gerakan bersenjata Hezbollah yang sangat berpengaruh. Namun, pada 2016, kesepakatan di Libanon memotong garis-garis politik tersebut, membawa Hariri sebagai kepala pemerintahan dengan mengajak menteri Hezbollah.

Ketika pemerintahan Hariri berusia satu tahun, Saudi jengkel dengan pengaruh Hezbollah yang terus berkembang dan mengancam menekan secara finansial, kata sumber yang dekat dengan Hariri. “Ketika berkunjung ke Saudi (pada awal November), Hariri mendapat kejutan besar,” kata sumber itu. “Dia pikir akan membahas proyek-proyek ekonomi. Dia malah dihadapkan pada daftar sanksi ekonomi,” paparnya.

Riyadh juga mengancam akan mengusir 160 ribu warga Libanon dari Teluk dan memaksa pengusaha kawasan untuk menarik investasi mereka dari Libanon. “Saudi ingin mengirim sebuah pesan kuat yang menunjukkan tekad mereka untuk mendepak Iran, tapi itu menjadi bumerang,” tutur Karim Bitar dari Institute of International and Strategic Affairs yang berbasis di Prancis. (AFP/Hym/I-1)