Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Alwaleed Ditahan Investor Goyah

Haufan Hasyim Salengke [email protected]
06/11/2017 05:16
Alwaleed Ditahan Investor Goyah
(AP Photo/Hassan Ammar)

PENANGKAPAN Pangeran Alwaleed bin Talal, anggota keluar­ga kerajaan dan inves­tor miliarder terkemuka, oleh badan antikorupsi bentukan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz, Sabtu (4/11), telah menyentuh salah satu in­vestor terkaya dan paling ber­pengaruh di dunia. Alwaleed ditangkap komisi yang dipimpin Putra Mahko­ta Pangeran Mohammed bin Salman itu bersama 11 pangeran, empat menteri aktif, dan puluhan mantan pejabat yang diduga terlibat praktik korupsi. Penangkapan dilakukan bebe­rapa jam setelah komisi yang memiliki kekuasaan luas itu dibentuk.

Seperti dilansir New York Ti­mes, Pangeran Alwaleed me­miliki saham di perusahaan raksasa dunia, yakni Twitter, Lyft, Citigroup, dan 21st Century Fox. Dia telah terjun ke bisnis de­ngan beberapa korporat ter­besar di dunia, dari Bill Ga­tes sampai raja media Rupert Murdoch dan Michael Bloomberg.Investasinya menjangkau seluruh dunia, termasuk hotel bersejarah George V di Paris, Prancis, Savoy di London (Ing­gris), dan Plaza Hotel milik Presiden Donal Trump di New York (AS). Dia juga berinvestasi di Accor Hotels dan Canary Wharf, pengembangan bisnis London.

Begitu luas investasinya se­hingga dia disebut sebagai Warren Buffett dari Timur Tengah. Kekayaannya ditaksir mencapai US$17,3 miliar yang menempatkannya di urutan ke-45 orang terkaya di dunia. Dia berbicara secara teratur tentang dunia keuangan, seperti komentarnya baru-baru ini yang mengungkapkan skeptisisme atas bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Penangkapan Pangeran Al­waleed tampaknya menggema di belasan perusahaan-peruahaan investasi yang ia dirikan, Kingdom Holding Company, sebagai investor utama atau pemegang saham.

Hal itu juga bisa mengguncang kepercayaan investor di Arab Saudi karena kerajaan tersebut tengah mencoba melepaskan citranya sebagai petrostar yang bergantung pada minyak. Penangkapan dilakukan hanya beberapa ha­ri setelah Saudi menggelar konferensi investasi besar untuk menarik perhatian dunia usaha. Kerajaan tersebut berenca­na untuk mencantumkan rak­sasa minyak milik nega­ra, Saudi Aramco, tahun depan dalam sebuah langkah yang diharapkan menjadi pe­nawaran umum perdana (IPO) terbesar sepanjang sejarah.

Presiden Trump pada Sabtu (4/11) meminta Arab Saudi untuk mendaftarkan perusahaan tersebut di Amerika Se­rikat.

Pemegang saham terbesar
Pangeran Alwaleed melakukan investasi pada beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia, termasuk Snap, yang telah melambungkan banyak pengusaha muda pada puncak daftar orang kaya dunia. Ia juga membuat gebrakan dengan menanam saham pa­da JD.com, peritel daring Tion­kok, sebagai antisipasi kemunculan negara tersebut sebagai pasar e-commerce yang luas.

Pada 2011, Pangeran Alwaleed ialah pemegang saham terbesar kedua di News Corpo­ration milik Murdoch, dengan kepemilikan lebih dari 6%. Dia kemudian menjual sebagian besar sahamnya di perusahaan tersebut. Pada 2015, sang Pangeran mengumumkan ia akan menyumbangkan seluruh kekayaannya. “Untuk membantu membangun dunia yang lebih baik untuk toleransi, peneri­ma­an, kesetaraan, dan kesempatan yang lebih baik untuk semua orang,” ujarnya.

Penangkapan Alwaleed akan mewakili pergantian peristiwa yang mengguncang saat ia telah menumbuhkan cit­ra sebagai wajah publik de facto keuangan Saudi. Langkah itu juga akan menjadi bab paling dramatis dalam kisah sukses Putra Mahkota Mohammed bin Salman, yang telah terus-menerus mengonsolidasikan kekuasaannya sejak dia diangkat ke posisi menteri pertahanan pa­­da awal 2015. (Ant/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik