Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
BAGI penasihat bisnis global nama besar seperti McKinsey atau Boston Consulting Group, Ibu Kota Arab Saudi, Riyadh, ialah tempat untuk menjadi kaya, berkilau, dan dinamis. Konservatif dan tidak demokratis juga, tapi nilai itu mengambil posisi terdepan untuk bisnis.
Para konsultan telah mengumpulkan sebuah konsep yang disebut Vision 2030 untuk kepemimpinan Saudi, bagaimana kerajaan dapat memodernisasi dan menghancurkan ketergantungannya pada produksi minyak? Bagaimana perusahaan minyak negara, Aramco, diprivatisasi? Yang terpenting, di mana sumber pendapatan dan pekerjaan baru untuk orang-orang Saudi?
Pada usianya yang baru 32 tahun, Mohammed bin Salman merupakan kekuatan pendorong di balik proyek tersebut, yang ia gunakan untuk membantu mewujudkan citranya sebagai seorang pembaru. Mohammed bin Salman, yang dikenal di Riyadh dengan inisial, MBS atau ‘Tuan Segala Hal’ telah mengonsolidasikan kekuatan sampai tingkat yang tidak diketahui sampai 20 Juni tahun ini. Itu ketika Raja Salman yang berusia 81 tahun dan tengah memburuk kesehatannya, menempatkannya sesuai takhta, menggantikan keponakan raja, Mohammed bin Nayef.
Pengaruh yang dimiliki Mohammed bin Salman sekarang bisa menakutkan dan mengesankan. Karier politiknya dimulai sebagai gubernur Riyadh, dan kemudian dia bertugas sebagai penasihat khusus ayahnya. Ia menjadi Ketua MK pada 2012, dengan asumsi pangkat menteri. Ketika ayahnya menjadi Raja, Mohammed bin Salman diangkat menjadi menteri pertahanan, termuda di dunia. Posisi itu masih dipegangnya saat ini. Yaman merupakan front penting baginya. Dengan dukungan AS, Arab Saudi memasuki konflik di negara tetangga dua tahun lalu dalam upaya untuk mengalahkan pemberontak Houthi, yang berafiliasi dengan Iran.
Menempati beberapa pos sekaligus, surat kabar Jerman Die Zeit pernah memanggilnya sangat korup, serakah, dan sombong. Dia telah memicu perseteruan dengan Iran. Dia mengatakan bahwa rezim di Teheran tidak akan berubah dalam semalam.
Meski mendapat banyak jabatan, Mohammed bin Salman minim pengalaman internasional. Pendidikannya terbatas pada gelar sarjana hukum Islam dari King Saud University. Kehidupan pribadinya kurang dikenal, hanya diketahui bahwa dia sudah menikah dan memiliki empat anak.
Guido Steinberg, pakar Timur Tengah untuk Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman (SWP), menyatakan keprihatinannya di surat kabar Berlin Tagesspiegel bahwa “kebijakan luar negeri agresif Mohammed bin Salman bisa memperparah konflik regional.” (Ant/Arv/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved