Pelaku Teror Mengaku Bangga

IMIGRAN Uzbekistan yang mengantongi green card Amerika Serikat (AS), Sayfullo Saipov, 29, yang melakukan penyerangan di New York, Selasa (31/10) waktu setempat, mengaku bangga dengan perbuatannya. “Selama wawancara dengan penegak hukum, Saipov meminta untuk menampilkan bendera IS (Islamic State) di kamarnya di rumah sakit dan menyatakan dia merasa bangga dengan apa yang telah dilakukannya,” ungkap dokumen pemeriksaan yang ditandatangani agen khusus FBI, kemarin.
Saipov mengungkapkan telah merencanakan aksi yang dinyatakan sebagai pelanggaran terorisme federal itu sejak setahun lalu.

Dia sengaja memilih Halloween untuk menimbulkan kerusakan maksimal dengan keyakinan lebih banyak warga sipil di jalanan. Dari tempat kejadian, penyidik menemukan tas hitam yang berisi tiga pisau, dompet, dan sebuah SIM Florida. Dua telepon seluler dan pistol se-trum juga ditemukan di dekat tempat duduk pengemudi di truk. Satu ponsel berisi 90 video, termasuk pejuang IS yang mem­bunuh tahanan, dan 3.800 gambar, yang sebagian merupakan propaganda IS. Petugas juga menemukan sebuah dokumen dalam baha­sa Arab dan Inggris, yang me­nunjukkan dia bersekutu de­ngan kelompok IS.

“Dia tampaknya mengikuti hampir persis instruksi IS di saluran media sosial mereka sebelumnya tentang bagaimana melakukan serangan semacam itu,” kata Perwira Polisi Senior John Miller. Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan Saipov telah mengalami radikalisasi setelah pindah ke AS dan tercatat sebagai penduduk tetap resmi bukan warga negara AS. “Saipov melakukan serang-an untuk mendukung IS,” ka­ta juru bicara gubernur, Joon Kim. Kim juga menambahkan, berkas-berkas yang ditemukan berisi rekaman militan IS membunuh tahanan dengan me­nabrak mereka dengan tank, memancung mereka, dan menembak mereka di wajah.

“Dukungan material dalam penangkapan dapat membawa hukuman penjara maksimal seumur hidup. Jaksa federal juga berpotensi mencari hukuman mati,” imbuh Kim. Jaksa menyatakan Saipov telah melepaskan haknya dan mengaku melakukan serangan tersebut saat diinterogasi di Rumah Sakit Bellevue.

Secara garis besar, dokumen setebal 10 halaman itu mencantumkan dua tuduhan yakni pemberian dukungan material dan sumber daya ke organisasi teroris asing yang ditunjuk serta kekerasan lalu lintas yang menyebabkan korban tewas.
Pernyataan keras datang da­ri Presiden AS Donald Trump yang mengatakan lewat Twitter, “Teroris NYC senang saat dia meminta untuk menggan­tungkan bendera IS di kamar­nya di rumah sakit. Dia membunuh 8 orang, terluka parah 12. HARUS MENDAPATKAN HUKUMAN MATI!” (AFP/AP/Ire/I-2)