Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
PERWAKILAN badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan diizinkan untuk mengunjungi Negara Bagian Rakhine di Myanmar, mulai Kamis (28/9). Kunjungan itu menjadi yang pertama sejak dimulainya eksodus besar-besaran minorias muslim Rohingya ke Bangladesh sejak Agustus lalu. Tuntutan pembukaan akses oleh PBB telah dilakukan sejak organisasi kemanusiaan mereka dipaksa keluar dari Rakhine saat militer Myanmar menggelar operasi pembersihan pada akhir Agustus. “Akan ada perjalanan yang diselenggarakan pemerintah, mungkin besok, ke Rakhine. Kami berharap ini langkah pertama menuju akses yang lebih jauh dan lebih luas ke daerah tersebut,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.
Dia mengatakan kepala badan PBB akan ikut dalam perjalanan tersebut. PBB juga telah menyusun rencana darurat untuk memberi makan 700 ribu pengungsi Rohingya dari Myanmar di Bangladesh tanpa terkecuali. Kepala Badan Pengungsi PBB (UNHCR) Filippo Grandi juga menyatakan pengungsi belum dapat kembali ke Myanmar dalam waktu dekat jika kekerasan belum berhenti di Rakhine. Di tengah upaya PBB mendapat akses, pada Rabu (27/9) UNHCR mengaku khawatir atas terjadinya serangan massa ke kamp pengungsi muslim Rohingya di Bangladesh. Mereka meminta tindakan tegas pemimpin pemerintah terhadap para pelaku serangan yang termasuk para biksu Buddha.
Puluhan demonstran yang dipimpin sejumlah biksu Buddha menyerbu sebuah rumah bertingkat di Gunung Lavinia, pinggiran ibu kota, yang dikelola PBB untuk muslim Rohingya pada Selasa (26/9). Dari cuplikan video di akun Facebook Gerakan Nasional Sinhala, kelompok itu mengklaim Rohingya ialah teroris dan menuntut mereka dikirim kembali ke Myanmar serta dipindahkan dengan bantuan polisi. Polisi telah membawa 31 pengungsi Rohingya, termasuk 17 anak, ke tahanan dan memindahkan mereka ke lokasi yang aman.
Komisaris tinggi untuk urusan pengungsi PBB menyatakan khawatir atas insiden tersebut dan mendesak publik dan semua pihak terkait dengan pengungsi untuk terus memperluas perlindungan dan menunjukkan empati bagi Rohingya.
Menteri Keuangan dan Media Sri Lanka, Mangala Samaraweera, mengecam serangan tersebut sebagai tindakan memalukan dan meminta para pelaku ditindak keras. Menteri Kesehatan Sri Lanka Rajitha Seneratne mengatakan dia tertekan oleh serangan tersebut dan mendesak aparat penegak hukum untuk menangkap para penyerang. Sebanyak 70% dari 20 juta rakyat Sri Lanka memeluk agama Buddha, sedangkan muslim hanya sekitar 10%. Secara terpisah, untuk menjawab tudingan telah melakukan genosida, militer Myanmar mengajak media mengunjungi desa Hindu Ye Baw Kyaw, sekitar Kota Maungdaw, bagian barat negara itu pada Rabu (27/9). (AFP/AP/Ire/I-1) :
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved