Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

PBB Bersiap Kunjungi Rakhine

(AFP/AP/Ire/I-1)
29/9/2017 06:31
PBB Bersiap Kunjungi Rakhine
(AP Photo/Bebeto Matthews)

PERWAKILAN badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan di­izinkan untuk mengun­jungi Negara Bagian Rakhine di Myanmar, mulai Kamis (28/9). Kun­jungan itu menjadi yang pertama sejak dimulainya ekso­dus besar-besaran minori­as muslim Rohingya ke Bang­ladesh sejak Agustus lalu. Tuntutan pembukaan akses oleh PBB telah dilakukan sejak organisasi kemanusiaan mereka dipaksa keluar dari Rakhine saat militer Myanmar mengge­lar operasi pembersihan pada akhir Agustus. “Akan ada perjalanan yang diselenggarakan peme­rintah, mungkin besok, ke Ra­khine. Kami berharap ini langkah pertama menuju akses yang lebih jauh dan lebih luas ke daerah tersebut,” kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.

Dia mengatakan kepala ba­dan PBB akan ikut dalam perjalanan tersebut. PBB juga telah menyusun rencana da­rurat untuk memberi makan 700 ribu pengungsi Rohingya dari Myanmar di Bangladesh tanpa terkecuali. Kepala Badan Pengungsi PBB (UNHCR) Filippo Grandi juga menyatakan pengungsi belum dapat kembali ke Myanmar dalam waktu dekat jika kekerasan belum berhenti di Rakhine. Di tengah upaya PBB mendapat akses, pada Rabu (27/9) UNHCR mengaku khawatir atas terjadinya serangan massa ke kamp pengungsi muslim Rohingya di Bangladesh. Mereka meminta tindakan tegas pemimpin pemerintah terhadap para pelaku serangan yang termasuk para biksu Buddha.

Puluhan demonstran yang dipimpin sejumlah biksu Buddha menyerbu sebuah ru­mah bertingkat di Gunung La­vinia, pinggiran ibu kota, yang dikelola PBB untuk muslim Ro­hingya pada Selasa (26/9). Dari cuplikan video di akun Facebook Gerakan Nasional Sinhala, kelompok itu mengklaim Rohingya ialah teroris dan menuntut mereka dikirim kembali ke Myanmar serta di­pindahkan dengan bantuan polisi. Polisi telah membawa 31 pengungsi Rohingya, terma­suk 17 anak, ke tahanan dan me­mindahkan mereka ke lo­kasi yang aman.
Komisaris tinggi untuk urus­an pengungsi PBB menyatakan khawatir atas insiden tersebut dan mendesak publik dan semua pihak terkait dengan pengungsi untuk terus memperluas perlindungan dan menunjukkan empati ba­gi Rohingya.

Menteri Keuangan dan Media Sri Lanka, Mangala Sama­raweera, mengecam serangan tersebut sebagai tindakan memalukan dan meminta para pelaku ditindak keras. Menteri Kesehatan Sri Lanka Rajitha Seneratne mengatakan dia tertekan oleh serang­an tersebut dan mendesak aparat penegak hukum untuk menangkap para penyerang. Sebanyak 70% dari 20 juta rakyat Sri Lanka memeluk aga­ma Buddha, sedangkan muslim hanya sekitar 10%. Secara terpisah, untuk men­ja­wab tudingan telah me­la­kukan genosida, militer Myanmar mengajak media mengunjungi desa Hindu Ye Baw Kyaw, sekitar Kota Maungdaw, bagian barat negara itu pada Rabu (27/9). (AFP/AP/Ire/I-1) :



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya