Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Derita Pengungsi Rohingya di Kutupalong

(AFP/Irene Harty/I-2)
27/9/2017 05:01
Derita Pengungsi Rohingya di Kutupalong
(AFP/DOMINIQUE FAGET)

AREA baru untuk pengungsi Rohingya seluas 2.000 hektare, perluasan dari lokasi penampungan Kutupalong di Bangladesh, telah dibuka dan tenda didirikan PBB. Sudah selama sepekan ini, otoritas Bangladesh memindahkan ratusan ribu pengungsi yang baru datang dari Myanmar ke sana. Namun, area luas yang dipenuhi semak belukar itu berjarak 2 jam dari jalan raya terdekat, tanpa toilet, tanpa air bersih, dan tenda-tenda yang didirikan PBB langsung terisi penuh hingga sesak. Nosima Khatun, 30, yang tiba di Bangladesh lima hari yang lalu bersama suami dan lima anaknya setelah melarikan diri dari desanya di Myanmar, tiba di lokasi baru. Keluarga itu tidak mendapat tempat di tenda yang baru dan sekarang harus berjalan 4 jam ke tempat distribusi bantuan utama.

“Butuh waktu lebih dari 2 jam dengan berjalan kaki. Kami tidak punya makanan tersisa di tempat tinggal kami,” kata dia sembari menggendong bayi. Beberapa pendatang baru bergabung dengan keluarga mereka yang telah ada di tenda pengungsian sebelumnya. Akan tetapi, selebihnya harus mengangkut tiang bambu dan terpal ke lereng curam dan berlumpur. Ya, mereka membangun tempat penampungan darurat sendiri yang tampaknya tidak akan bertahan saat topan datang ke pantai Bangladesh setiap tahun. Seakan topan belum cukup, kawasan itu juga bagian dari cagar alam bagi gajah. Minggu lalu, dua pengungsi Rohingya yang renta diinjak-injak sampai mati oleh gajah saat mereka tidur di bagian lain cagar alam itu.

PBB telah mengatakan area yang dialokasikan pemerintah pada 10 hari yang lalu itu tidak layak dihuni. Apalagi Bangladesh baru saja memberi izin militer untuk mulai membangun akses jalan ke area baru itu. Sumber-sumber lembaga bantuan, pekan lalu, mengatakan dana untuk membangun jalan sepanjang 20 km telah diberikan ke militer. Itu berarti sampai jalan selesai dibangun, tidak ada bantuan yang bisa diangkut sehingga pengungsi harus berjalan jauh untuk mendapatkan makanan dan air. Namun, hujan lebat yang mengubah daerah menjadi rawa bisa menunda pembangunan itu.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, yang mengunjungi daerah tersebut, mengaku terkejut oleh besarnya kebutuhan bagi para pengungsi. “Mereka membutuhkan segalanya. Mereka butuh makanan, air bersih, tempat berlindung, dan perawatan kesehatan yang layak,” kata dia. “Mungkin yang paling penting ialah menemukan akomodasi yang layak karena kebanyakan dari mereka berada di tempat penampungan darurat di daerah-daerah di luar tenda,” lanjutnya. (AFP/Irene Harty/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya