Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Suu Kyi Ditinggal Loyalis akibat Rohingya

(AFP/AP/Hde/X-11)
30/8/2017 23:16
Suu Kyi Ditinggal Loyalis akibat Rohingya
(AP Photo/Aung Shine Oo)

SIKAP diam tokoh politik Myanmar Aung San Suu Kyi atas kekerasan yang terjadi terhadap minoritas muslim Rohingya membuat kecewa banyak pendukungnya. Selain mengecam keras sikap Suu Kyi, mereka kini mulai meninggalkannya karena menganggap Suu Kyi sudah tidak bisa diharapkan. "Kami tidak bisa mengharapkannya untuk mengubah seluruh negeri dalam satu setengah tahun. Namun, kami mengharapkan pendekatan berbasis kemanusiaan yang kuat," ujar Ma Thida mengenai mentornya yang dulu ia juluki 'saudari yang selalu bersemayam di hati' itu.

Thida, dokter dan novelis, sejak dulu tidak kenal lelah dalam mendukung Suu Kyi. Dia kenyang ditodong senjata militer. Bahkan, peraih sejumlah penghargaan HAM internasional itu nyaris tewas saat enam tahun ditahan junta militer lantaran mendukung Suu Kyi.
Namun kini, Thida dan juga pendukung-pendukung garis keras lainnya berbalik menuding Suu Kyi mengabaikan kekerasan negara terhadap etnik minoritas dan muslim, menahan jurnalis dan aktivis, tunduk pada jenderal-jenderal Myanmar dan gagal untuk membangun regenerasi demokrasi yang akan menggantikannya.

Sebaliknya, kata mereka, Suu Kyi, 72, justru menciptakan kekosongan kekuasaan yang bisa diisi militer. Sebagian lainnya malah menuding peraih Nobel Perdamaian itu sebenarnya memiliki jiwa otoriter yang hanya muncul ketika dia berkuasa. Tidak hanya di dalam negeri, masyarakat internasional juga ikut mengecam Suu Kyi yang tidak bertindak atau mengecam kekerasan yang dilakukan militer terhadap muslim Rohingya. 1.000 warga tewas Menurut laporan Human Rights Watch, sedikitnya 1.000 muslim Rohingya tewas dan 320 ribu lainnya tinggal di kamp-kamp kumuh di Myanmar dan Bangladesh akibat kekerasan.

Ribuan lainnya memilih melarikan diri sebagai pengungsi ke negara-negara Asia Tenggara. Dalam kekerasan lainnya oleh militer yang meletus sejak Jumat (25/8), sedikitnya 18.500 Rohingya dilaporkan telah melarikan diri menuju Bangladesh. Kekerasan itu juga menewaskan sedikitnya 110 orang tewas termasuk 11 pejabat negara. "Sejak malam lalu, 18.500 orang telah menyebrang," ungkap Chris Lom, juru bicara International Organization for Migration untuk Asia-Pasifik, kemarin. Melalui kantornya, Suu Kyi menyebut bahwa polisi dan militer Myanmar kini tengah melancarkan operasi pembersihan. Dia justru mengecam militan Rohingya yang dituduhnya telah mencoba menghambat upaya menciptakan perdamaian dan harmoni di negara bagian Rakhine.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya