Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Ketika Sajian Menu Jamur Terasa Daging

(AFP/Irene Harty/I-3)
10/8/2017 01:15
Ketika Sajian Menu Jamur Terasa Daging
(ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

SEORANG insinyur pertanian dari Yayasan Adala, Abu Nabil, tampak sibuk memeriksa jamur putih mutiara. Jamur-jamur tersebut tumbuh di barisan karung-karung yang berwarna putih di sebuah ruangan yang lembap. Lokasi pengembangan dan budi daya jamur tersebut berada di Kota Douma, Suriah. Hingga kini kota tersebut masih dalam kepungan pasukan pemerintah Suriah.
Nabil berjalan menyusuri di antara karung yang di atas terdapat jamur.

Dia memeriksa suhu dalam ruangan yang juga tempat budi daya jamur tiram. Suhu ruangan harus diadaptasi untuk mendukung pertumbuhan jamur secara optimal. Kesibukan Nabil di dalam ruang khusus jamur tersebut bukan sekadar demi penelitian. Upaya dan kerja kerasnya demi mengemban tugas memenuhi asupan gizi warga Suriah yang tengah dilanda kekurangan asupan gizi. Kekurangan pangan bergizi di Douma dan wilayah sekitarnya terkait dengan aksi pengepungan dan blokade dari pasukan pro-Bashar al-Assad.

Selama ini jamur bukanlah bahan makanan yang biasa disajikan masyarakat Suriah. Sebagian besar warga bahkan tidak begitu mengetahui dan merasakan lezatnya menu dari jamur. Namun, sejak konflik bersenjata dan perang saudara, jamur telah menjadi menu yang akrab. Jamur telah menjadi bagian menu lokal dan alternatif sumber protein dan garam mineral. Jamur juga telah menjadi pengganti makanan yang berbahan daging di tengah harga daging yang sangat tinggi.

"Kami beralih ke budi daya jamur karena itu ialah makanan yang memiliki nilai gizi tinggi, mirip daging, dan bisa ditanam di dalam rumah dan ruang bawah tanah," kata Nabil. Media tanam jamur menggunakan jerami, bebatuan, karung, dan alat generator. Budi daya jamur tergolong hemat biaya dan mudah. Pembudidayaan jamur dilakukan dalam dua tahap, yakni 15-25 hari dan 25-45 hari dengan suhu 25 derajat celsius dijaga stabil dengan kelembapan 80%.

"Kami mempelajarinya dengan mencari informasi di internet untuk mendapatkan tempat yang mirip kondisi (tempat hidup jamur) dengan Ghouta Timur," tambah Direktur Adala, Muayad Mohieddin.
Proyek yang sudah berlangsung tiga bulan itu telah mampu memberi hampir 1,3 kg jamur per minggu. Produksi tersebut dapat memenuhi 600 orang secara gratis di Douma dan bagian lain Ghouta Timur.

Makanan alternatif itu telah memberi berkah kepada ibu empat anak, Um Mohammed, 50. Pasalnya, dia tidak mungkin membeli daging yang harganya US$10, atau setara dengan Rp135 ribu per kg.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya